Kamis, 10 Mei 2012 | By: Choliday_21

“AKU SAKINAH”

 
Semakin bertambah usia langit dan bumi, dinamika cuaca semakin tak bisa di duga oleh kemampuan daya pikir makhlukNya. Alam pun tak mampu lagi menjanjikan dinginnya hujan untuk mengirimkan aroma bumi yang kering ke penciumanku. Tak peduli dengan do’a makhluk bumi yang mulai merindukan sentuhan titik-titik air dari kuasaNya. Sore itu, masih saja terasa hangat meski merahnya sang mega mulai muncul di ufuk barat mengantarkan mentari yang akan segera pulang ke sarangnya, seakan mengirimkan sinyal kekuasaan dari sang pencipta.

Kala itu aku duduk di teras depan rumah, sambil menikmati kebesaranNya aku merenungkan tentang hal yang terjadi pada hari itu, akankah sebongkah pahala melebihi noda atas dosa-dosa yang harus aku pertanggungkan di hadapNya. Jam menunjukkan 16.15 WIB, harus kutunda dulu untuk menikmati sajian alam itu karena aku harus menemui seseorang. Kiki, dia adalah sahabat dari kekasihku Smile. Akhir-akhir ini Kiki memang sering menghubungiku untuk sekedar basa-basi, bercerita dan mengajakku bertemu. “Tindaknya bak lembut kapas bila berada di depanku, padahal aku tahu orang seperti dia tak akan selembut itu, mungkin inilah yang disebut manut,,tapi kenapa dia harus manut dengan gadis kecil yang mungkin tak sampai bila aku meraihnya..” begitulah aku membaca setiap gerik dan sudut matanya. Meski terkadang aku bosan mendengarkan lontaran kata yang mulai melompat-lompat terdengar gombal di telingaku. Hingga aku mulai merasa ada hal aneh dari tutur katanya, mungkinkah dia menyukaiku...”oh Tuhan, jangan sampai hal ini terjadi” keluhku dalam hati.

Sering aku menemui Kiki tanpa sepengetahuan Smile. Sehingga harus aku paksakan dusta kecil keluar dari mulutku untuk merahasiakan pertemuanku dengan Kiki. Mungkin aku telah mengabaikan kepercayaan Smile padaku, namun tak pernah aku berpikir untuk menghianatinya apalagi menggantikan Smile dengan Kiki, karena pertemuan itu hanya untuk menjawab tuntutan hati dan kodratku sebagai manusia untuk berbagi dan bersosial dengan makhlukNya.

Tidak mungkin aku hancurkan kisah cinta yang telah aku rajut sekian lama dengan Smile. Sebuah perjalanan yang telah melewati rangkaian rasa pahit dan untaian keindahan yang terbungkus di antara luasnya hati kami untuk saling mencintai...”cinta..?” ya..cinta.. entahlah apa nama yang tepat untuk mengistilahkan perasaan itu yang tercipta saat aku berada dalam ketidakseimangan usia, yang pasti permukaan hati ini mulai terasa lembut dan halus terbalut rasa damai. Perjuangan Smile dan pengorbananku rasanya sulit dimentahkan oleh pukulan godam sekalipun. Begitulah aku yakin akan hubunganku dengan Smile...

Setelah cukup lama aku merahasiakan perihal kiki, akhirnya aroma bangkai yang ku sembunhyikan dibalik gundukan gunung pun bisa terendus oleh smile. Serentak aku merasa terapit oleh kepasrahan, kegelisahanku, dan ketidaktahuanku menghadapi risalah hati ini. Seakan seluruh tubuhku mulai berbicara untuk mengatakan bahwa aku bodoh..aku tolol,...! sementara elektron yang ada di kepalaku mulai berputar cepat...untuk menemukan sebuah titik. Titik ilhami, ataukah lagi-lagi titik dusta yang dihasilkan oleh deretan rantai logika yang ada di otakku...”ah..tamatlah riwayat cintaku bila aku tak mampu meluluhkan hati smile yang mulai membatu...” keluhku dalam hati...

”Apa maksudmu....selama ini kau suguhi aku dengan dustamu...?..” begitulah kiranya kata-kata yang keluar dari mulut smile, tak ada lagi aroma cinta yang terdengar dari kata-katanya kala itu. Hanya letupan-letupan amara yang berhembus dari nafasnya..mungkin dia marah bukan karena pertemuan itu, tapi karena aku merahasiakan hal itu...
Rangkaian kata mulai ku susun rapi dan rendah keluar dari pengucapku untuk membuat dia mengerti akan posisiku saat itu,...kata-kata sang pujangga spontan terucap dari mulutku mencoba mencari celah diantara rapatnya perisai setan yang mulai membungkusi pikiran smile....urrrghhh....susah rasanya menghadirkan kembali senyum-senyum yang tak sampai di mulutnya...
Untuk beberapa hari kami masih berada diantara balutan masalah ini...kulihat alam tak lagi tersenyum, bulan pun seperti durian busuk yang hanya menyisakan aroma wanginya..!! “Cukup...cukup...cukup...” aku pikir semuanya telah aku jelaskan pada Smile, memang telah ku ucapkan dusta kecil padanya...tapi kan aku tidak bermaksud berkhianat...”” ””memang dianya saja yang tidak bisa mengerti aku...”.begitulah aku menggumam dalam hati karena aku kesal dengan sikap smile yang selalu melemparkan tiap penjelasanku ke sarang kebenciannya.

Persahabatan yang diazam oleh smile dan kiki pun mulai memudar. Kini mereka berada di dua kutub yang berbeda dengan balutan rasa kecewa dan mungkin sedikit bumbu penyesalan di persimpangan nurani. Keduanya sama-sama tidak mau melayangkan sepatah kata pun, mungkin mereka mulai merasakan aroma persaingan yang tak sewangi nilai persahabatan mereka..
Perasaan bersalah kini memayungiku “Apakah aku seorang perusak..?, apakah aku yang membuat mereka mengusir rasa perdamaian itu..?” Pertanyaan itu muncul dari rantaian logika yang berputar di otakku, pertanyaan yang sudah terjawab oleh nurani yang mengungkap setiap kecerobohan tindakku. Namun, meski nurani telah menyalahkanku aku tetap saja berada dalam ketidakmampuan untuk mementahkan rantai logika yang begitu keras, dengan egoisme yang terlebur didalamnya.
Beberapa minggu kemudian barulah aku merasakan betapa sakitnya bila harus merasa tegar diatas bara api yang menguliti permukaan hatiku. Untuk sebuah kesengajaan, lama aku tidak menghubungi smile, berharap ia mengerti dengan apa yang ada di pikirku. Namun apa yang ku dapatkan tak seperti yang ku harap, aku hanya mendapatkan getah dari apa yang aku harapkan...pahit..dan sulit..untuk ku terima...! Smile yang aku pikir tak akan pernah bisa meninggalkanku, ternyata telah menemukan sisi lain dari sebuah perbedaan, ....ya....dia memang berbeda denganku...jauh berbeda.. mungkin ini hanya penilaianku tentang sosok wanita yang sepertinya mulai mengisi ruang yang pernah aku tinggalkan.

Apa yang ada di benakku...???” ya.. aku belum sepenuhnya percaya bahwa smile benar-benar sepenuh hati menggantikanku dengan-nya...langsung saja aku menghibungi Eva salah satu temanku yang berada satu sekolah dengan smile dan gadis baru itu...dari pernyataan Eva semuanya mengarah pada sandiwara saja, Eva menilai smile tidak benar-benar mencintai gadis itu..begitulah ia meyakinkanku...## aku pun begitu, mendengar pernyataan Eva aku yakin akan semua itu...^^ namun itu hanya awal dari respon nuraniku sebelum setan-setan dengan seribu wujud mulai menggerogoti apa yang ku sebut dengan berpikir positif..**.perlahan mulai membatu...mengeras dan semakun keras hatiku untuk menerima keadaan yang tak pernah ada sedalam-dalamnya pikirku...”tdhoouuk (ini perasaan yang salah)” begitulah dentuman terakhir nuraniku kembali mengingatkan emosiku. “gawat...gawat...” Aku yakin amaraku akan lebih dari apa yang pernah smile tumpahkan padaku beberapa waktu lalu..!

. ya.. Benar saja, hari minggu itu caci dan makian pun mulai mengalir deras dengan suaraku yang kecil ini...kecil..?..ya..namun tak perlulah suara keras bila kata-kataku mampu membuat smile diam terpaku pada ketidakmampuannya untuk membalas deretan kata yang keluar dari pengucapku..bagaikan para army Amerika Serikat yang menyerang Negara-negara kecil dengan ketidakmampuannya. Entah setajam apa perkataanku kala itu..sepertinya alam pun ikut melirik kearah perpaduan emosi itu, pepohonan di sekitarku nampak tercengang dengan merundukkan pucuk-pucuk segarnya memberi hormat atas kekuasaan emosi kala itu. Ya..beginilah aku, melakukan sesuatu dengan spontanitas..aku sebut semua itu dengan ketegasan, ketegasan seorang wanita untuk menghindari tindihan pria yang mulai durjana dengan kedudukannya yang dianggap sebagai penguasa.

Kami berdua mulai merasakan ketidakseimangan perasaan yang kami emban, tampaknya perasaan itu akan segera pecah seiring menggumamnya waktu. Ya...benar saja, keesokan harinya akhir dari sebuah hubungan itu pun terucap...meski tak bisa kami percaya namun itulah akhir dari semuanya.. kini aku harus melangkah kedepan menatap langit yang mulai tersenyum padaku seakan menjanjikan masa depan yang cerah...hanya satu tujuanku, yaitu mengejar mimpi, bertindak untuk mimpi, dan meraih mimpi..mimpi..?? ya...itulah sebuah bayangan kesuksesanku dimasa depan.. sukses dalam semua hal...semoga setiap makhlukNya bisa mengamini harapku yang menggantung dalam ketentuanNya.

4 komentar:

Shofiyatil Laily mengatakan...

Mantap Gold.. :D

Choliday_21 mengatakan...

Hahahaaa..., Mantap yaa.., coretan-coretan geje..wkwkw

sakinah ulfiyanti mengatakan...

ihh, namaku kan sakinah. mana tokohnya anyamah "SMILE" >,<

Choliday_21 mengatakan...

Hahahaa..., ini kan elloo yg minta duluuu...hahahahha..
lupirr yee..? :-p

Posting Komentar