Selasa, 08 Mei 2012 | By: Choliday_21

2 Nenek dan 1 Kakek

                Maafkan aku tidak bisa berada di sampingmu, maafkan aku tidak bisa memanfaatkan ladang pahala yang disediakan oleh Allah. Aku tidak pernah tahu seperti apa rencana yang maha kuasa atas dirimu bahkan atas diriku sendiri, aku hanya bisa menunggu dan menunjukkan entah pada siapa perasaan ini atas rencana-NYA yang kata orang-orang merupakan rencana terbaik dari segala rencana.
Dia maha tahu atas segalanya namun aku terkadang berpikir akan kemahaan-Nya, maha pengasih, dan maha penyayang yang selalu aku sebut di setiap lentuman lisanku mengucap Al-fatiha. Apakah Dia mengasihiku, apakah Dia menyayangi hamba sepertiku..? lalu kenapa rencana yang katanya terbaik itu bahkan seolah berantakan di hadapku. Allah, aku juga hambaMU, aku juga manusiaMU, aku juga anak cucu dari Adam-HawaMu. Maafkan aku kata-kata ini tak pantas untuk diucapkan seorang hamba yang tiada berdaya sepertiku..maafkan aku bila aku mengeluh dengan rencana terbaik itu....
                Aku. Akhir-akhir ini aku merasakan seperti ada petasan dalam hati dan pikiranku, bukan petasan tapi tiga bom atom yang selalu siap menghancurkanku. Aku tak tahu seperti apa hati dan pikiran ini KAU ciptakan.
Saat aku pulang Sebulan lalu, aku melihat kakek lemas tertidur dengan tumpukan bantal menyangga kepala, dengan memakai kaos singlet tipis aku bisa melihat tulang rusuk terselimut kulit yang tak setebal dulu, aku mampu menghitung jumlah tulang-tulang rusuk itu. Kata ibu, kakek baru kembali dari rumah sakit, dan ada gangguan pada paru-parunya. Aku mendekat kearah kakek, aku mendengar nafasnya yang begitu berat seolah banyak tumpukan jerami di kerongkongannya. Akhirnya kakek terbangun oleh kehadiranku. Dengan mata yang bahkan enggan untuk terbuka kenapa engkau masih paksakan untuk tersenyum kepadaku..?.., bukan hanya itu, seperti biasa bila saya pulang kampung kamu berikan pelajaran-pelajaran berharga padaku, nasehat-nasehat dan ucapan yang mampu membuatku membiru. Meski ucapan itu sudah terlalu sering aku dengar dan sama saja dari pengucapmu namun aku tetap merasa membutuhkannya. Saat aku harus kembali ke malang sepertinya keadaanmu semakin membaik, meski engkau belum bisa dengan baik melangkahkan kakimu dan nafas beratmu masih terasa. Setidaknya aku cukup senang dan pikiran tenang untuk meninggalkan kakek. Beberapa hari yang lalu, ibu bilang kalo kakek sakitnya kambuh lagi, bahkan karena kesulitan bernafas hingga harus dirawat di ICU dan harus menggunakan bantuan tabung oksigen. Seperti apa keadaanmu kakek..?
Aku tak tahu seperti apa kesempurnaan rencana Allah, pada saat yang sama yaitu liburan yang lalu berselangan dengan sakitnya kakek, nenek (istri kakek) juga mengalami kondisi yang sungguh tak mampu aku bayangkan lagi. Malam itu, sementara kakek terbaring lemas Nenek mengalami kesakitan yang serupa. Beliau menyerukan bagian dadanya yang sakit, panas, dan seolah tertarik-tarik. Bahkan nenek sempat berucap “malaikat maut sudah di dadaku” kepada kerumunan keluarga waktu itu (termasuk aku yang ada di samping beliau bersama para sepupuku). Nenek, engkau biasanya menawari aku untuk makan saat aku sibuk mengutak-atik laptop dan game. Bahkan sebungkus kerupuk pun biasanya kau berikan padaku eski sebenarnya aku tidak suka. Kau terlalu perhatian padaku melebihi perhatianmu pada kondisi tubuhmu yang sudah menua. Kenapa, kini kamu harus kembali menderita sakit saat aku berada jauh darimu..?.., kenapa Rencana terbaik itu sunggu berantakan bagiku..
Rencana terbaik dan berantakan itu senakin bertambah. Lagi-lagi nenekku (nenek dari ayahku) juga mengalami kondisi yang mengkhawatirkan. Memang sejak lama nenekku ini sering sakit-sakitan dan berulang kali harus dibawa ke dokter untuk berobat namun kondisinya tetaplah seperti itu obat-obat dari dokter hanya seperti permen saja yang tak berguna saat telah habis. Nenek, engkau memang terlalu sering mengonsumsi obat hingga saat berada di dekatmu pun aku seperti berada di apotik. Aku merasa kasihan dengan kondisimu yang seperti itu.., biasanya setiap kali aku mengunjungimu engkau tidak pernah lupa untuk membuatkanku teh sendiri.., tak peduli seberapa banyak aku bilang “tidak usah” namun kau tetap membuatkannya untukku. Kata adik sepupuku, kondisimu sedang mengkhawatirkan akhir-akhir ini, engkau sering mengeluh kesakitan bahkan di tengah malam, nenek.., bertahanlah..
Kakek dan kedua nenekku, meskipun aku tak mengerti akan rencana terbaik dari Allah itu engan memberikan beben hati dan pikiran di saat yang bersamaan seperti ini namun berusahalah untuk tetap yakin akan kesehatanmu. Hal yang paling aku sesalkan adalah tidak bisa memetik limpahan pahala yang Allah sediakan saat ini. seharusnya aku bisa merawat kalian, setidaknya menemani kalian saat kesepian dengan memberi semangat. Aku tidak bisa menikmati pahala itu seperti dikala aku harus bertahun-tahun merawat ibuku yang ssakit dulu.
rencanaMU sangatlah merisaukanku, meski orang-orang bilang itulah yang terbaik namun aku tetap berpikir bahwa ini membuatku berantakan. Ya Allah aku mohonkan limpahan arrahman dan arrahimmu pada kakek dan nenekku yang sedang sakit.., aku tidak tahu rencana seperti apa selanjutnya.., yang aku tahu bahwa engkau pemurah, pengasih dan penyayang dan aku mohon sembuhkan orang-orang yang aku cinta ini. maafkan aku yang mengeluh..


0 komentar:

Posting Komentar