Maafkan aku tidak bisa berada di sampingmu,
maafkan aku tidak bisa memanfaatkan ladang pahala yang disediakan oleh Allah.
Aku tidak pernah tahu seperti apa rencana yang maha kuasa atas dirimu bahkan
atas diriku sendiri, aku hanya bisa menunggu dan menunjukkan entah pada siapa
perasaan ini atas rencana-NYA yang kata orang-orang merupakan rencana terbaik
dari segala rencana.
Dia maha tahu atas segalanya namun aku terkadang berpikir akan kemahaan-Nya, maha pengasih, dan maha penyayang yang selalu aku sebut di setiap lentuman lisanku mengucap Al-fatiha. Apakah Dia mengasihiku, apakah Dia menyayangi hamba sepertiku..? lalu kenapa rencana yang katanya terbaik itu bahkan seolah berantakan di hadapku. Allah, aku juga hambaMU, aku juga manusiaMU, aku juga anak cucu dari Adam-HawaMu. Maafkan aku kata-kata ini tak pantas untuk diucapkan seorang hamba yang tiada berdaya sepertiku..maafkan aku bila aku mengeluh dengan rencana terbaik itu....
Dia maha tahu atas segalanya namun aku terkadang berpikir akan kemahaan-Nya, maha pengasih, dan maha penyayang yang selalu aku sebut di setiap lentuman lisanku mengucap Al-fatiha. Apakah Dia mengasihiku, apakah Dia menyayangi hamba sepertiku..? lalu kenapa rencana yang katanya terbaik itu bahkan seolah berantakan di hadapku. Allah, aku juga hambaMU, aku juga manusiaMU, aku juga anak cucu dari Adam-HawaMu. Maafkan aku kata-kata ini tak pantas untuk diucapkan seorang hamba yang tiada berdaya sepertiku..maafkan aku bila aku mengeluh dengan rencana terbaik itu....
Aku. Akhir-akhir ini
aku merasakan seperti ada petasan dalam hati dan pikiranku, bukan petasan tapi tiga
bom atom yang selalu siap menghancurkanku. Aku tak tahu seperti apa hati dan
pikiran ini KAU ciptakan.
Saat aku pulang Sebulan lalu, aku melihat kakek
lemas tertidur dengan tumpukan bantal menyangga kepala, dengan memakai kaos singlet tipis aku bisa melihat tulang
rusuk terselimut kulit yang tak setebal dulu, aku mampu menghitung jumlah
tulang-tulang rusuk itu. Kata ibu, kakek baru kembali dari rumah sakit, dan ada
gangguan pada paru-parunya. Aku mendekat kearah kakek, aku mendengar nafasnya
yang begitu berat seolah banyak tumpukan jerami di kerongkongannya. Akhirnya
kakek terbangun oleh kehadiranku. Dengan mata yang bahkan enggan untuk terbuka
kenapa engkau masih paksakan untuk tersenyum kepadaku..?.., bukan hanya itu,
seperti biasa bila saya pulang kampung kamu berikan pelajaran-pelajaran
berharga padaku, nasehat-nasehat dan ucapan yang mampu membuatku membiru. Meski
ucapan itu sudah terlalu sering aku dengar dan sama saja dari pengucapmu namun
aku tetap merasa membutuhkannya. Saat aku harus kembali ke malang sepertinya
keadaanmu semakin membaik, meski engkau belum bisa dengan baik melangkahkan
kakimu dan nafas beratmu masih terasa. Setidaknya aku cukup senang dan pikiran
tenang untuk meninggalkan kakek. Beberapa hari yang lalu, ibu bilang kalo kakek
sakitnya kambuh lagi, bahkan karena kesulitan bernafas hingga harus dirawat di
ICU dan harus menggunakan bantuan tabung oksigen. Seperti apa keadaanmu
kakek..?
Aku tak tahu seperti apa kesempurnaan rencana
Allah, pada saat yang sama yaitu liburan yang lalu berselangan dengan sakitnya
kakek, nenek (istri kakek) juga mengalami kondisi yang sungguh tak mampu aku
bayangkan lagi. Malam itu, sementara kakek terbaring lemas Nenek mengalami
kesakitan yang serupa. Beliau menyerukan bagian dadanya yang sakit, panas, dan
seolah tertarik-tarik. Bahkan nenek sempat berucap “malaikat maut sudah di
dadaku” kepada kerumunan keluarga waktu itu (termasuk aku yang ada di samping
beliau bersama para sepupuku). Nenek, engkau biasanya menawari aku untuk makan
saat aku sibuk mengutak-atik laptop dan game. Bahkan sebungkus kerupuk pun
biasanya kau berikan padaku eski sebenarnya aku tidak suka. Kau terlalu
perhatian padaku melebihi perhatianmu pada kondisi tubuhmu yang sudah menua.
Kenapa, kini kamu harus kembali menderita sakit saat aku berada jauh
darimu..?.., kenapa Rencana terbaik itu sunggu berantakan bagiku..
Rencana terbaik dan berantakan itu senakin
bertambah. Lagi-lagi nenekku (nenek dari ayahku) juga mengalami kondisi yang
mengkhawatirkan. Memang sejak lama nenekku ini sering sakit-sakitan dan
berulang kali harus dibawa ke dokter untuk berobat namun kondisinya tetaplah
seperti itu obat-obat dari dokter hanya seperti permen saja yang tak berguna
saat telah habis. Nenek, engkau memang terlalu sering mengonsumsi obat hingga
saat berada di dekatmu pun aku seperti berada di apotik. Aku merasa kasihan
dengan kondisimu yang seperti itu.., biasanya setiap kali aku mengunjungimu
engkau tidak pernah lupa untuk membuatkanku teh sendiri.., tak peduli seberapa
banyak aku bilang “tidak usah” namun kau tetap membuatkannya untukku. Kata adik
sepupuku, kondisimu sedang mengkhawatirkan akhir-akhir ini, engkau sering
mengeluh kesakitan bahkan di tengah malam, nenek.., bertahanlah..
Kakek dan kedua nenekku, meskipun aku tak mengerti
akan rencana terbaik dari Allah itu engan memberikan beben hati dan pikiran di
saat yang bersamaan seperti ini namun berusahalah untuk tetap yakin akan
kesehatanmu. Hal yang paling aku sesalkan adalah tidak bisa memetik limpahan
pahala yang Allah sediakan saat ini. seharusnya aku bisa merawat kalian,
setidaknya menemani kalian saat kesepian dengan memberi semangat. Aku tidak
bisa menikmati pahala itu seperti dikala aku harus bertahun-tahun merawat ibuku
yang ssakit dulu.
rencanaMU sangatlah merisaukanku, meski
orang-orang bilang itulah yang terbaik namun aku tetap berpikir bahwa ini
membuatku berantakan. Ya Allah aku mohonkan limpahan arrahman dan arrahimmu
pada kakek dan nenekku yang sedang sakit.., aku tidak tahu rencana seperti apa
selanjutnya.., yang aku tahu bahwa engkau pemurah, pengasih dan penyayang dan
aku mohon sembuhkan orang-orang yang aku cinta ini. maafkan aku yang mengeluh..
0 komentar:
Posting Komentar