Senin, 24 September 2012 | By: Choliday_21

Ibrahim Berselimut Duka


                 Hari itu, tiba saatnya dia menghirup udara kebebasan. Anak yang kini berusia 11 tahun ini kembali bisa menatap hidup yang lebih baik setelah selama 2 tahun berada di penjara. Matanya kembali bersinar, semangatnya pun telah kembali.

                  Ibrahim adalah anak satu-satunya dari sebuah keluarga sederhana yang tinggal di pemukiman hulu sungai atau lebih tepatnya pinggiran kali jakarta. Rumah serba sederhana yang mereka tempati itu juga masih berstatus kontrak. Ayahnya adalah seorang penjual sayur keliling, dengan membawa gerobak dagangan ayah Ibrahim membawa sayur mengelilingi pemukiman, biasanya setiap hari libur ibrahim ikut berkeliling menawarkan sayuran sambil memunguti rongsokan-rongsokan yang dia lihat sepanjang jalan.

             Suatu hari, saat Ibrahim pulang dari sekolah, dia mendapati kerumunan orang di rumahnya. Sesampai di dalam rumah dia melihat Ayah yang sangat dia cintai telah tewas dengan berlumuran darah dan luka bekas tusukan di bagian dada. Air mata deras mengucur dari matanya. Akhirnya Ibrahim tahu kalau ayahnya meninggal karena dibunuh oleh si tuan tanah (preman) pemukiman itu karena menolak untuk membayar kontrakan dan uang keamanan yang terlalu tinggi. Seketika itu pula Ibrahim pergi meninggalkan kerumunan. Tak ada yang mengkhawatirkannya karena semua perhatian terpusat pada jenazah Ayah Ibrahim. Ia berlari sekencang-kencangnya. Ternyata, Ibrahim kecil pergi ke tempat preman itu dengan membawa sebilah pisau dapur di tangannya..

                “Siapa yang telah membunuh Ayahku, Tamran..?”. Teriak Ibrahim dengan nafas yang ngos-ngosan dan emosi yang berada di ujung pisau yang dia sembunyikan di belakang tubuhnya itu. Tamran adalah nama seorang boss preman di daerah itu.

                “Hahahaa.., dasar bocah miskin ingusan.., Aku yang membunuhnya.., mau apa kau kesini..?”. kata tamran sambil keluar dari rumah bersama 2 anak buahnya.

                “Aku mau membunuhmu bangsat, anjing”.

                “Hahahahahahahahaaa..”. Preman itu tertawa saling melihat kepada rekannya menertawai Ibrahim.

                Seketika itu juga Ibrahim berlari ke arah preman itu dan langsung menusukkan pisau tepat ke bagian jantungnya. Setelah itu Ibrahim lari. Sementara pendarahan besar yang dialami preman itu pun tak terselamatkan, preman itu meninggal kala itu juga.

                Itulah awal dimana ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ibrahim kecil pun digiring oleh polisi ke penjara dengan mata masih bengkak sambil sesenggukan setelah pemakaman ayahnya. L

                Hari pertama, kedua, ketiga, dan beberapa hari selanjutnya Ibrahim sering terlihat menyendiri dan terkadang menangis dalam kesendiriannya. Dari balik jeruji yang dingin dia menangisi ibunya yang dia tinggalkan sendiri tanpa seorang pun menemani setelah sepeninggal ayahnya. “Apa yang dilakukan ibu disaat-saat seperti ini”. Gumamnya dalam hati.

                Ibrahim merupakan anak yang cerdas dan cukup berprestasi di sekolah. Anak tukang sayur ini merupakan juara kelas, ia juga pernah menjuarai lomba pidato, lomba mengarang, lomba matematika, dan lomba cerdas cermat di sekolahnya. Anak yang sangat suka membaca ini sangat dibanggakan orangtuanya namun kini harus merana di penjara.
                 
                Tiga bulan berselang. Anak kecil yang cerdas ini merencanakan untuk kabur dari penjara. Misi Escape bagian I, sungguh sebuah rencana yang tidak diduga. Sore hari Ibrahim menyapu seluruh bagian taman LP dan mengumpulkan sampah berupa daun-daun kering dalam sebuah Sak berukuran sedang. Dini hari tepat sebelum subuh dan tak ada orang lain yang terjaga Ibrahim pun masuk ke dalam sak berisi dedaunan tadi dan dengan cerdasnya masuk ke dalam bak sampah besar bersama karung-karung sampah yang lain. Anak kecil ini rela berkumpul dengan sampah-sampah itu untuk keluar dari penjara ini. Saatnya tiba, setelah kumandang subuh bersenandung truk-truk pengangkut sampah pun datang dan tanpa disadari oleh petugas Ibrahim sudah berada di dalam truk sampah. Dia berhasil keluar dari penjara. 1-0 untuk Ibrahim. Namun, diapun kembali tertangkap oleh petugas lapas pada siang harinya ketika sedang membawa 2 bungkus makanan di tangannya di sebuah pasar di bekasi. Ia kembali ke lapas..!!

                Satu bulan berselang. Misi Escape Bagian II. Rencana ini telah dia lakukan sejak beberapa hari selang tertangkapnya kembali ia oleh petugas. Di penjara setiap selang sehari para narapidana mendapatkan jatah makan kecil yang sudah terjadwal yaitu tape. Namun, setiap mendapatkan jatah tape Ibrahim tidak memakannya, bahkan ia masih berkeliling tanpa sungkan meminta tape kepada narapidana yang bosan dengan jatah itu. Ia kumpulkan tape satu demi satu untuk melancarkan misinya. Bocah cerdas ini pernah membaca dalam sebuah buku tentang “fermentasi” yang mampu melunakkan dan melepuhkan benda keras sekalipun, contohnya ketela yang difermentasi hingga lunak menjadi tape. Ia pikir ini juga berlaku pada tembok yang sudah cukup tua di selnya yang gelap. Setiap selang sehari Ibrahim menempelkan tape-tape yang lunak itu pada tembok. Tidak lupa sebelumnya dia menambahkan air garam pada tape itu sebelum ditempelkan ke tembok. Dari mana dia mendapatkan garam..? Setiap hari ia meminta tambahan garam kepada penjaga kantin penjara dengan alasan makanannya kurang asin. Setiap hari Ibrahim mengukir-ukir tembok itu dengan kayu seraya mencoba menjebol. Akhirnya kesabaran dan kecerdasannya membuahkan hasil. Setelah sebulan lamanya tembok yang memang sudah tua itu berhasil dijebol pas seukuran tubuh anak kecil ini. Yaa.., Ibrahim berhasil kabur dengan sedikit luka goresan di punggungnya..!! 2-0 untuk Ibrahim. Namun, kembali petugas menangkapnya lagi-lagi di daerah bekasi saat terlihat membawa keranjang berisikan sayuran di tangannya. 

                Selang 2 bulan, Suatu pagi petugas sipir penjara lagi-lagi kecolongan, hari itu tiba-tiba Ibrahim tidak ada di dalam selnya. Karena telah berulang kali Ibrahim berhasil meloloskan diri, Ibu Rida yang tidak lain adalah kepala penjara menginstruksikan para sipir penjara untuk mencari Ibrahim di sekitar pasar di Bekasi, Ibu Rida hanya ingin memastikan dimana Ibrahim berada dan tidak meminta untuk kembali membawa ibrahim ke dalam sel. Dia ingin tahu apa yang dilakukan Ibrahim hingga nekat berkali-kali kabur dari penjara.

                Benar saja dugaan Ibu Rida, Petugas sipir penjara menemukan Ibrahim lagi-lagi berada di sekitar pasar di Bekasi sedang berjalan tertawa girang bergandengan tangan dengan ibunya sambil membawa seikat sayur. Para petugas sipir yang menemukan Ibrahim pun melapor pada Ibu Rida, selanjutnya Ibu Rida meminta para sipir penjara untuk tetap membiarkan Ibrahim dan menunggu hingga seminggu.

                Belum juga satu minggu, tiga hari berselang Ibrahim kembali ke penjara dimana dia dihukum. Dia berjalan masuk ke dalam penjara seakan bukan seorang napi yang melarikan diri, tanpa merasa takut. Saat tiba di sana, Ibrahim langsung menuju ruang Kepala Penjara, dengan muka tetap tersenyum namun penuh maaf Ibrahim memberikan sebuah surat untuk Ibu Kepala penjara. Ibrahim pun keluar dan membiarkan Ibu Rida membaca isi surat yang dia tulis.

                ”Maafkan saya Bu, maafkan Ibrahim  menjadi tahanan yang tidak patuh dan selalu mencoba untuk kabur dari penjara ini. Ibrahim rindu kepada Ibu Ibrahim yang sekarang tinggal sendiri di luar sana. Ibrahim tidak punya siapa-siapa lagi selain Ibu. Setiap hari di dalam penjara ini Ibrahim selalu membayangkan keadaan ibu dan Ibrahim tidak bisa menahan perasaan itu karena tidak ada yang lebih besar dari rasa inginku bertemu Ibu. Ibrahim hanya ingin memastikan bagaimana keadaan ibu, bagaimana rasanya untuk semalam saja kembali pada pelukan ibu saat tertidur, saat ubun-ubun Ibrahim diusap oleh ibu, saat bokong ibrahim ditepuk-tepuk oleh ibu agar cepat tidur, saat kami berbagi satu selimut untuk berdua, saat kami mendengarkan suara tikus di atas langit-langit sebelum tidur, dan saat kami membicarakan ayah yang bekerja tidak kenal lelah. Selama 3 hari kabur, sehari-hari Ibrahim selalu habiskan waktu untuk bersama Ibu, tapi sekarang Ibu Kepala tidak perlu khawatir lagi, Ibrahim tidak akan pernah kabur lagi dari penjara ini karena Ibu Ibrahim melarang keras Ibrahim untuk kabur lagi dan Ibu telah berjanji akan menjemput Ibrahim pada waktu Ibrahim telah bebas nanti pada tanggal 28 Agustus 2005. Benar kan Buu, Ibrahim bebas pada tanggal itu..? satu lagi, ada salam dan ucapan terimakasih dari Ibu saya untuk Ibu kepala”

                Saat membaca tulisan Ibrahim, beberapa tetes air mata Ibu Rida membasahi coretan kasih sayang yang diselimuti rasa rindu itu. Ingin rasanya beliau membebaskan ibrahim, namun hukum tetap harus ditegakkan.

            Beberapa bulan berlalu, hingga tiba pada 28 Agustus 2005. Hari dimana Ibrahim bisa kembali berjumpa Ibunya secara langsung. Sehari sebelumnya Ibrahim memotong rambut gondrongnya hingga kini tampak rapi. Dia ingin tampak segar dan bersemangat di depan Ibu yang akan menjempunya.

                28 Agustus 2005, jam 11:00 siang. Petugas memberitahu Ibrahim bahwa ada seorang wanita paruh baya yang telah menjemputnya di depan. Segera Ibrahim bersiap agar tampak rapi dan segar di depan Ibunya, segera pula ia mengambil sebuah kertas yang dia tempelkan di tembok ruang tahanannya. Di kertas itu terdapat gambar kedua orangtuanya yang sudah mulai luntur warnanya karena hanya berupa hasil print out biasa yang dia cetak ke rental komputer saat kabur dari penjara, sebuah gambar yang Ibrahim jadikan pelampiasan untuk meleburkan rasa rindu yang memuncaki rinjaninya di dalam penjara.

                Ibrahim berlari menuju ruang tunggu dengan membawa kertas tadi dihiasi senyum bahagia dan hati yang didiami rasa rindu akan Ibunya, seketika Ibrahim meronakan raut wajah kecewa karena tidak mendapati Ibunya, hatinya ingin sekali menangis saat itu, air mata pun mengintip di balik kelopak sayunya. Dia hanya melihat seorang wanita paruh baya yang tidak juga dia kenal tersenyum padanya.

                “Nak Ibrahim, saya diminta Ibu Zulaika untuk menjemputmu”. Kata wanita itu sambil tersenyum.

                “Ibu siapa..? dan dimana Ibu Ibrahim..?”. tanggap Ibrahim kebingungan.

                “Saya Fatima. Mari nak saya antarkan kamu ke tempat ibumu”. Jawab wanita itu.

                Ibrahim, Hatinya masih menggantungkan rasa rindu pada ibunya, sementara kecewa yang dia rasakan kini mulai diliputi rasa cemas.

                Ibrahim berpamitan pada petugas penjara dan Ibu kepala penjara yang ada di sana. Ibrahim ikut bersama Ny. Fatima yang akan mengantarkan ke tempat ibunya.

                Ny. Fatima membawa Ibrahim pada sebuah daerah di sekitar bekasi namun bukan menuju komplek perumahan melainkan sebuah tempat pemakaman umum. Saat memasuki tempat itu dan melewati beberapa kuburan, air mata Ibrahim tidak dapat terbendung lagi, dia pun mulai sesenggukan dengan mata yang mencucurkan air mata kesedihan, hal itu karena ibrahim mulai berpikir bahwa hal buruk telah terjadi pada ibunya yang tercinta.

                Hingga Ny. Fatima berhenti tepat di depan sebuah kuburan yang sudah cukup lama dengan bernisankan kayu dan bertuliskan “ZULAIKA BINTI SAID *** LAHIR: 17 MARET 1964 – WAFAT: 19 September 2005”

                Itu adalah makam Ibu Zulaika, Ibu Ibrahim yang meninggal karena sakit keras dan serangan jantung tepat sehari setelah beliau meminta Ibrahim untuk kembali ke penjara dan untuk tidak kabur-kabur lagi dari sana.

                Sementara itu Ibrahim langsung bersimpuh di makam ibunya sambil menangis sesenggukan tanpa mengeluarkan air mata yang sudah kering. Di tangannya masih terdapat gambar kusam kedua orangtuanya. Tangisnya mengisyaratkan rindu dengan tangan yang gemetar sambil menekan tanah kubur Ibunya. Ibrahim diselimuti duka.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

ini kamu yang buat? tragis banget ceritanya. bagus nih led. bakat nulis nih. kalo di kirim ke lomba nulis cerpen InsyaAllah juara hehe

Choliday_21 mengatakan...

Hahahaaa.., iya..., dlu ikut dan gagal dan males ikut lagi..haaa.., trnyata bnyak pnulis yg istimewa di luar sana..hahaha

Unknown mengatakan...

Ini cerita yg sangat mengesankan...,
Mantap!!

Posting Komentar