Selasa, 05 Juni 2012 | By: Choliday_21

Maafkan Aku Ayah

   Aku cukup merasa terbang saat melihat nilai rapot yang menyampaikan senyum lebar padaku. Meski bukanlah juara kelas saat itu, namun aku yakin nilai-nilai itu sudah cukup membuatku menjadi primadona di hati ayah dan ibu.., toh nilaiku cuma selisih 2 angka dari juara kelas. Momen ini pas sekali dengan saat-saat liburan, aku bisa memanfaatkan ini untuk membujuk ayah agar mengijinkanku ikut traveling naik motor ke kota malang untuk membeli buku-buku SNMPTN karena dibandingkan dengan di daerahku harga di malang bahkan sampai setengah kali harga di pamekasan.

     Kusampaikan rapot berwarna biru itu pada ayah. Dengan bangganya aku nyerocos di depannya mendeskripsikan setiap detil nilai yang kudapat, tak sia-sia aku belajar sampai larut. Ayah pun mengangguk-angguk bangga. “Inilah saat yang tepat mengatakannyanya”. Pikirku.

     Kukatakan inginku untuk ikut traveling sama teman-teman SMA. Tanpa pikir panjang dan tanpa menanyakan apa tujuan traveling itu ayah melarangku.

“Jangan nak, mending liburan di sini saja..toh sama saja di malang dengan di sini....”. Kata ayah.

     Arrggghhh..!! Mukaku geram.., Tanpa aku dengarkan alasannya lagi, langsung merampas rapot yang masih di tangan ayah lantas masuk kamar dan pergi ke samping rumah dimana aku biasa bermain ayunan bersama ayah dan ibu saat kecil dulu. Aku tak habis pikir dengan apa yang ada dalam pikiran ayah. “aku sudah besar, sebentar lagi sudah mau kuliah, kenapa aku masih seperti anak kecil saja ini itu harus diatur, aku tak pernah merasa bebas untuk melakukan apa yang aku inginkan, aku seperti tahanan saja berada dalam keluarga ini, aku seperti anak burung dalam sarang yang selalu diawasi oleh induknya, aku tak bisa memekarkan sayap-sayapku untuk terbang mengangkasa.., apa alasan ayah melarangku toh aku ke malang bukan untuk hal negatif....”. pikiranku meracau kesana-kemari dan akhirnya menghasilkan sebuah keputusan bahwa AKU SANGAT KESAL PADANYA. Aku sangat ingin mendapatkan kebebasan, semua keinginan bebas untuk aku lakukan, seperti teman-teman yang bisa melenggang begitu saja sesuai keinginan mereka.

     Sejak saat itu, selama 3 hari aku tidak menggubris setiap ayah mengajak ngobrol, meskipun ayah selalu memulai untuk mengajak bicara atau pun bergurau. Aku hanya menjawab dengan kata Iya atau tidak saja dengan muka tampak malas dan kesal, seakan aku tak pernah mengenal sosok ayah.., setiap hari aku lebih sering memilih menghindar untuk sekedar berpapasan dengan ayah. Aku belum bisa terima anak seusiaku masih diperlakukan seperti itu. Apa kata teman-temanku.

     Sementara salah seorang teman memberitahuku lewat sms “Sobb.., besok kita brangkat jam 9, kamu jadi ikodd kan..?”. belum aku jawab sms temanku.

     Semalaman aku bimbang dan banyak hal yang ada di pikiranku.., sebenarnya aku takut untuk melanggar ucapan ayahku, namun mungkin terlalu banyak godaan syetan malam itu.., akhirnya berproklamir pada kekesalanku akan ayah, aku pastikan untuk tetap pergi ikut bersama teman-teman tanpa memberitahu keluargaku. Meski aku pun tak yakin diriku bisa dan tega pada orangtuaku untuk melakukannya.

     Pagi hari, kami makan bersama.., ada ayah, ada ibu dan aku di samping meja.., suasana yang sangat sunyi.., tak ada yang memulai untuk berbicara baik ayah ataupun diriku yang sedang kesal setingkat mount everest padanya.., hoammhh.., hanya sendok dan garpu yang sedang bercanda ria saling berbenturan dengan piring yang hanya menyisakan sedikit nasi.

    Tiba-tiba ayah berucap “sebenarnya kamu ini kenapa nak, apa karena ayah melarangmu ikut dengan teman-temanmu..?”.

    “Ahh sudahlah kamu tidak perlu tahu apa yang ada dalam pikiranku..!!”. Dengan nada kasar aku menjawabnya. Sesaat aku lihat ayah kaget mendengar ucapanku. Aku pun langsung menelan bulat-bulat makanan yang masih tersisa di atas piring.., dan segera masuk ke kamar meninggalkan ayah dan ibu. Di kamar aku mempersiapkan barang-barang yang akan aku bawa ke malang. Beberapa saat kemudian ayah mengetok pintu sambil memanggil namaku..

    “Tiar..Tiar.., Ayah berangkat dulu nak ya.., kita bicarakan nanti setelah ayah pulang...Assalamu’alaikum..”. pungkas ayah.

    “Wa’alaikumsalam”. Bahkan untuk menjawab salam dari Ayah pun aku tak ikhlas mengucapkannya.

    Kembali aku membereskan barang-barangku dan keluar dari kamar.., sepertinya ibu juga sudah pergi ke pasar.., rumah sepi., seakan memberi jalan misi “melarikan diri” dari kerangkeng ayah. Tas sudah aku penuhi dengan barang-barang, aku siap menuju rumah temanku tempat dimana teman-teman berkumpul. Sejenak kulihat dompet. Terlihat hanya 3 lembar uang 5 ribuan dan satu lembar uang sratus ribu yang seolah cemberut minta ditemani. “wahh.., ini belum buat bensin, belum lagi makan, belum lagi buat beli buku dan lain-lain.., mana cukup”. Pikiranku meracau.

    Akhirnya, aku tak tau dari mana munculnya ide kotor itu.., tanpa pikir panjang aku berniat mencuri uang ayah. Langsung saja aku menuju kamarnya.., di sana terdapat sebuah lemari kecil. Aku tau ayah menyimpan beberapa uangnya di tempat itu karena biasanya dari lemari itu ayah mengambil uang jajanku, meski aku belum pernah membukanya.

    Langsung saja, tak ada keraguan aku buka bagian atas lemari., dan ternyata bukan hanya tempat menyimpan uang tapi juga tempat menyimpan buku-buku bacaan milik ayah.. “wahh.., uang ayah cukup banyak juga..”pikirku. segera kucuri uang ayah 200 ribu. Saat hendak menutup lemari itu tanganku menyenggol tumpukan buku. Beberapa buku pun terjatuh.., namun yang menjadi perhatianku adalah sebuah buku warna coklat tua bertuliskan “Best feeling”. Kuambil saja buku itu.., kumulai membuka halaman pertama.., ternyata itu adalah tulisan-tulisan ayah. Kuniatkan untuk membaca sejenak saja khawatir ibu segera datang., di halaman pertama adalah tulisan tentang saat-saat pertama kali ayah menjadi seorang guru.., aku cukup heran ayah suka menulis. Beberapa lembar telah terlewati.., aku terbawa suasana dalam tulisan ayah.., tak pelak raut sedih dan kadang sedikit senyum tak sengaja keluar dari mulutku.., aku yang awalnya membaca sambil berdiri pun mulai duduk di samping kasur. Terus kubaca.., kunikmati keasyikan alur dalam tulisan ayah di masa lalu., di beberapa halaman ayah menuliskan tentang kisahnya bersama ibu. Aku tersenyum kecil pada bagian itu. Akhirnya aku tahu bagaimana usaha-usaha ayah untuk mendapatkan wanita seperti ibu.

    Terus kubuka lembaran demi lembaran.., hingga aku sampai pada tulisan berjudul “30 Juni 1991”. Tanggal yang tak asing bagiku.

    Kubaca halaman pertama,

“..........Hari ini, 30 Juni 1991 kamu terlahir ke dunia. Tepat jam 22:12 WIB kamu terlahir dari rahim seorang wanita bernama Sumiarsih. Istriku, sekaligus Ibumu kini.., Kamu terlahir dengan keadaan sangat sehat, berat 3 kg 15 ons.,dan tinggi 40 cm. Ayah sangat bahagia berjumpa denganmu meski ayah tau kau belum mampu melihat ayah.., tangisan pertamamu begitu merdu terdengar, dan dengan sepenuh hati ayah perdengarkan pula suara ayah di telingamu.., ayah kumandangkan adzan perlahan di telingamu dan engkaupun menangis lirih, ayah tahu sebenarnya itu senyumanmu mendengar Asma Ilahi........”.

   Di halaman yang lain,

”..........Usiamu sudah memasuki satu tahun Nak.., saat-saat dimana kau mulai mampu mengucapkan kata “ayah”.., meski masih terjungkil di lidahmu menjadi “alyah”.., saat ini tingkahmu sangat lucu, aku sangat senang karena kamu mampu membuat orang lain iri untuk memiliki anak sepertimu., kamu selalu tersenyum pada setiap orang yang menyapamu, hingga tak jarang cubitan kegemasan banyak mereka layangkan di pipimu.., kamu adalah balita yang gempal.., bahkan beberapa orang memanggilmu ‘bruno’ mengibaratkanmu seperti tokoh kuat dalam film-film barat kuno......”

   Di halaman yang berbeda,

“..........Tiar anakku, kamu semakin besar, beberapa baju pun sudah mulai tidak muat untuk kamu pakai, di usia 5 tahun ini kamu sangat rewelll.., kata ibumu setiap hari kamu nangis minimal 4 kali.., berterimakasihlah kau pada ibumu yang tak pernah menyakitimu serewell apapun tangisanmu.., Tiar.., kamu mulai banyak maunya.., setiap hari kamu selalu nangis meminta buah rambutan.., kamu sangat suka.., ayah belikan saja kamu buah itu meski ayah tahu tak baik bila kamu makan setiap hari dan akhirnya beberapa kali kamu mengalami mencret.., namun tangisanmu kala itu mengalahkan kekhawatiran ayah.! kamu juga minta makanan ini, makanan itu, mainan ini, mainan itu dan beberapa benda lain yang tidak semuanya baik utuk anak seusia kamu.., namun lagi-lagi ayah kalah dengan tangisanmu, ayah belikan semua itu.., berterimakasihlah pada ibumu yang selalu menjagamu tiap saat.....”

    Aku mulai tidak tahan untuk membendung air mata yang sejak tadi mengintip di balik kelopak ini, beberapa tetes air mata telah membasahi buku itu.., aku terharu membaca tulisan ayah. Aku pun membawa buku itu ke kamar agar bisa membaca dengan bebas dan tangisanku takkan ketahuan oleh ibu bila pulang dari pasar nanti. Kubuka pintu dan kusadari keegoisanku saat melihat tas yang berisi barang-barangku untuk melarikan diri dari mereka, orangtuaku.., segera kukeluarkan kembali isi tas itu dan kembali membaca tulisan ayah.

    Di halaman yang ke sekian,

“Tiar.., kamu sudah semakin besar, semakin dewasa, 15 tahun, anak SMP.., beberapa tahun lagi mungkin kamu akan lebih tinggi dari ayah.., meski begitu kamu tetaplah seorang anak yang banyak pintanya., beberapa hari lalu kamu meminta dibelikan sepeda motor dan PlayStation namun tidak ayah kabulkan., Namun kali ini tidak mungkin ayah kabulkan.., usiamu masih terlalu muda Nak., tugasmu belajar bukan untuk Game itu... Kau juga meminta ayah membelikan beberapa barang yang tidak pantas untuk anak seusiamu, lagi-lagi ayah tidak mengabulkan permintaanmu., hal yang juga masih tetap ada pada dirimu adalah kamu masih saja cengeng.., kamu menangis dan kesal bila ayah tidak membelikan apa yang kamu pinta.., namun kali ini ayah tak perlu kalah lagi dengan tangisanmu.., ayah harap setiap tangisanmu adalah belajar memahami dirimu sendiri karena menurut ayah kamu sudah bisa berpikir mana yang baik dan mana yang hanya terlihat baik”

Di halaman yang terakhir,

“Tiar.., kamu anak ayah satu-satunya.., ayah sangat sayang padamu.., tapi lagi-lagi ayah membuatmu kesal.., beberapa hari lalu ayah tak mengijinkan kamu pergi bersama teman-temanmu ke Malang.., kamu pasti merasa ayah selalu mengacuhkan keinginanmu, tak pernah memberikan kebebasan kepadamu.., tapi memang ini yang harus ayah lakukan, ayah tidak mau kau celaka.., ayah terlalu sayang kepadamu untuk mengizinkanmu pergi. Saat ini kamu sudah memiliki pikiran yang brilian.., bahkan ayah pun tak mampu menyaingi pikiranmu..., kamu juga anak yang tergolong pandai.., maka dari itu ayah simpulkan kamu telah tau pasti mana yang baik dan mana yang hanya terlihat baik., kamu sudah SMA, ayah tidak bisa memperlakukanmu seperti saat kamu kecil dulu dimana semua permintaanmu ayah kabulkan.., itu karena tangisan saat kamu balita lebih mengkhawatirkan ayah dulu.., dan sekarang apakah kau masih mau menangis, apakah pikiranmu seperti balita.., dan apakah kau hanya terlalu sibuk belajar dan tak pernah menggunakan pikiranmu..?.., tidak mungkin.., itulah alasan ayah nak.. ijinkan ayah untuk tetap menyayangimu, tetap mengkhawatirkanmu, dan tetap menasihatimu meskipun kau sudah dewasa nanti dan jauh lebih berilmu daripada ayah..tulisan ini adalah yang terakhir.., ayah tidak akan meneruskan coretan-coretan ayah tentang dirimu.., biarkan kamu yang mengukir sendiri coretan-coretan apa yang akan kau buat dalam hidupmu saat ayah berikan buku ini padamu.., sekali lagi ayah yakin kamu tau mana yang benar dan mana yang hanya terlihat benar..!

    Aku merasa kelelahan setelah membaca tulisan ayah.., aku terlalu egois dan tidak memperhatikan betapa ayah sebenarnya sangat menyayangiku.., aku pun berbaring di tempat tidur.., entah berapa lama kutertidur. Suara sepeda motor Suzuki Jet Cooled milik ayah membangunkanku.., aku terjaga.., aku ingin segera menghampiri ayah.., ingin aku sampaikan maaf kepadanya.., aku beranjak dan berdiri di depan pintu untuk menyambutnya.., dari kejauhan beliau pun melemparkan senyum padaku., segera aku memeluk ayah yang ada di hadapanku.., kumisnya menyentuh daguku, kulihat ayahku, memang benar kini aku lebih tinggi darinya..

    Ayah melepas pelukanku, dan memberikan setumpuk buku SNMPTN padaku. Sambil mengelus rambutku ayah berkata “Bukankah ini yang engkau inginkan..?, Selamat Belajar.., Sukses untukmu”. Lantas beliau meninggalkanku, menemui istrinya (ibuku).

    Aku pun tersenyum dengan semua ini. Kupustuskan untuk mengabari teman-temanku bahwa aku Pasti Tidak ikut dengan mereka

    “Maaf kawan aku ga bisa ikut dengan kalian”

    “Okee.., Kita sudah Brangkat Sobb, tadi Ayahmu juga Sudah bilang kalau Kamu ga ikoodd”. Balas temanku

   “Wahhhhhh...Ayaaahhh... :’(...”

   Tanpa sengaja Air Mataku menetes....



“KARENA KASIH SAYANG TAK AKAN MENGENAL BATAS TENGGANG WAKTU”

13 komentar:

Dian Nurlaila mengatakan...

:'(
mas mumut, ayahmu super sekali ..
Aku terharu .
kenalin, hahak

Choliday_21 mengatakan...

:-p
hehehe.., terhura yaaa..hikshiks.., nih knalan sndiri 087865764xxx
#juara lomba superDad..haa

*ini bkn realiti tp emg realiti sihh #loohh.., y gt dehh..wkwkw

Dian Nurlaila mengatakan...

Om, anakmu nakal suka ngetnenget orang, kira2 sifatnya niru sapa ya?

Choliday_21 mengatakan...

#wahh.., padahal kemaren udah janj... :'(

Niru kammuuu...hohh

Dian Nurlaila mengatakan...

wkwkwkw
ga bilang k km :P

waaa iya ta ?
bagus dehh

Choliday_21 mengatakan...

mana tlisan trbarumu.., sy tggu release.nya ya..:-)

Dian Nurlaila mengatakan...

Hoho
tggu aja ya..
Segera kok bunglon :)

Choliday_21 mengatakan...

Okeee..., segeralah Kadal gurun pasirr...

No Name mengatakan...

Tulisanmu berhasil bikin mewek orang kak :"
terima kasih kak..

Choliday_21 mengatakan...

Hee.., iya sama-sama.. :-)
semoga kita msih bisa terus mghormati mreka (ortu)..
slm tenaga HATI.., thanks :)

No Name mengatakan...

aminn (˘ʃƪ˘)

Choliday_21 mengatakan...

Aminnnn (˘ʃƪ˘)

Putry Amouy mengatakan...

JOIN NOW !!!
Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.com

Posting Komentar