Senin, 31 Oktober 2011 | By: Choliday_21

Kulukiskan Kau dalam Alur Ini

Kulukiskan Kau dalam Alur Ini


Kawan dan sahabat tenagaHATI, Ini adalah secarik cerita tentang bagaimana teman dari seorang teman saya yang dengan polosnya tidak tahu bagaimana cara mendekati seorang wanita. Memang cukup aneh terdengar, namun begitulah yang dia ceritakan pada teman saya.., cerita ini memang sedikit lucu dan aneh namun juga terdapat hal-hal yang cukup mengharukan seperti kata teman saya yang mendengarnya langsung dari temannya.., kalian mungkin bingung karena banyak terdapat kata “teman” di atas..., yuk mari baca ceritanya...*flirting


Seorang laki-laki yang penuh dengan komplikasi perasaan, sahabat dari teman saya ini bernama Ahqaaf Fajar A’raaf (bukan nama sebenarnya) kayak secret story aja pake nama samaran. A’raaf bisa dibilang adalah laki-laki yang cukup berbeda dengan laki-laki saat ini, hari-harinya sibuk dengan urusan diri sendiri, tidak ikut dalam organisasi apapun di kampus, hanya mengazam pada apa yang menjadi wajib saja baginya.., mencoba menerawang ke dunianya, selama dia dan setiap hal yang dilakukan tak membuat orang lain terganggu maka hal itu sudah termasuk sedekah menurutnya.,
Singkat cerita, akhirnya tiba-tiba hal yang jauh dari kebiasaannya mendesak di antara batas kediaman. Muncul sebuah rasa yang begitu mengusik ketenangan tidur harimau ompong ini, dalam pikirannya dia ingin memiliki seorang pujaan hati atau kekasih., hal itu pun begitu kuat terpampang dalam dunia keduanya yaitu alam mimpi.., mungkin dia merasa jenuh dengan sifat individualnya selama ini yang memberikan dominasi super power dalam.
Akhirnya, semua berawal dari saat libur kuliah dia pulang ke kampung halamannya di pamekasan, kebetulan laki-laki ini juga berasal dari pamekasan, kabupaten dimana saya tinggal. Keinginan untuk memiliki kekasih A’raaf bawa sampai ke Pamekasan.., A’raaf mengisi liburan bersama para sepupunya.., dari obrolan mereka, A’raaf mengungkapkan bahwa dia sedang ingin memiliki kekasih.., hal ini menjadi semacam kejutan bagi mereka karena selama ini A’raaf tak pernah sedikit pun tertarik bila membicarakan seorang wanita.., hombreng kale’..*laughing..
Setelah lama ngobrol akhirnya salah satu dari sepupu A’raaf yang masih SMA mengusulkan seorang temannya yang sesuai dengan kriteria yang A’raaf katakan. Seorang wanita yang memang unik, sama seperti A’raaf,, wanita dengan nama Nasyra An-Najm (bukan nama sebenarnya juga loo) itu juga tak pernah memikirkan hal-hal tentang lelaki, pria apalagi cowok..*6*, hanya menyibukkan diri dengan sekolah, seakan dia malas dengan hiburan, liburan, kesenangan dunia dan semacamnya,.., bukanlah seorang wanita yang pandai,, justru karena dia tidak banyak memahami pelajaran makanya dia sibuk memikirkan belajar.., begitulah yang dikatakan sepupu A’raaf karena memang hanya sekolah dan rumah yang menjadi latar kehidupannya sehari-hari, tak pernah dia ke tempat selain itu meskipun teman-temannya mengajak sekedar untuk menghilangkan jenuh belajar.
Mulailah malam harinya A’raaf kirim SMS pada Nasyra namun tak ada balasan. Kecewalah dia. Keesokan harinya di sekolah, Qorii, sepupu A’raaf mulai mempromosikan kakaknya pada Nasyra..ehh promosi.., dikira iklan sabun yaa...hee..tolong ketawa dikit ya kawan..
Kembali, A’raaf kirim SMS pada Nasyra namun kali ini ada balasan, mungkin karena jurus promosi dari Qorii akhirnya Nasyra membalas,...
“Ini Kakaknya Qorii yaa.., ada apa kak..?”. balas Nasyra di SMS.
“Maukah kamu menjadi kekasihku..?, akhir-akhir ini aku merasa akan butuh teman dalam hari-hariku”. Jawab A’raaf. Memang sangat aneh kan, gile baru saja kenal dari SMS saja A’raaf langsung mengutarakan maksudnya (nembak dorr..dorr..dorr, itu kalo bahasa gaulnya kawan). Tapi memang begitulah kesatria yang masih kosong dari pengalaman perang ini.,., hanya barisan kata-kata kaku yang eksis di tahun 80’an itu yang A’raaf punya sebagai ungkapan niat baiknya. Dia terlalu polos.
“Hahhh, Maaf Kak aku tidak bisa”. Begitulah balasan Nasyra singkat. Pantes saja lah baru kenal Broo...
“Ayolah, mau ya..”. Tanggap A’raaf lebih singkat.
“Kakak kok maksa sih, aku ga mau kak”. (Nasyra)
“Ayolah, kumohon,, aku hanya merasa membutuhkan teman dalam hari-hariku.., mau yaa”. A’raaf, seolah merengek
Akhirnya, karena merasa risih dengan A’raaf yang merengek-rengek seperti bayi kehilangan induknya... (hahh... INDUK..?), Nasyra memberikan tantangan pada A’raaf,,. Mungkin terkesan seperti di FTV, namun inilah uniknya Nasyra, dia sengaja ingin menciptakan kisah ini hingga membangun romantisme tersendiri nantinya..
“Baiklah, MUNGKIN nanti aku akan menerima kakak, tapi dengan sedikit persyaratan, Kakak harus bisa membuat aku menangis dalam waktu seminggu ini, dengan cara apa saja terserah dehh,, bagaimana,,mudah kan.., Kalau tidak bisa maka jangan ganggu aku lagi dengan rengekan kakak itu.., aku jengkel Kak”.
 “OK”. Balas A’raaf singkat dengan mengercitkan alis karena dibilang merengek-rengek.
A’raaf yang mati pengalaman bagaimana menaklukkan perasaan wanita ini sebenarnya tidak tau bagaimana cara membuat seorang wanita menangis, tak dapat dia menentuh dalamnya perasaan wanita yang masih asing dalam daya pikir, imajinasi, dan nyatanya.., hanya saja dia mengiyakan demi keinginannya saja.
Malam pertama, Setelah bertanya pada Qorii alamat rumah Nasyra akhirnya A’raaf pergi ke rumahnya. Dia merasa terkejut ternyata rumah Nasyra cukup besar dan nampaknya dia orang yang cukup kaya pula bertolak belakang dengan pribadinya yang sederhana sesuai deskripsi dari Qorii..
Setelah bertemu langsung dengan Nasyra, kembali A’raaf menahan nafasnya, mencoba menikmati air ludah yang deras di sela-sela mulutnya sendiri., masih belum percaya ternyata gadis yang dihadapinya begitu rupawan, mungkin tak secantik Zulaikha ataupun balqis namun roman gadis belia ini mampu memberikan relung-relung kekaguman bagi A’raaf, terheran kenapa mawar secantik dia belum dihingapi kumbang taman faradisha. Malam itu Nasyra langsung tampak akrab seakan A’raaf adalah teman yang sudah begitu dekat dengannya. Berbanding terbalik dengan A’raaf yang masih kaku seperti pilar-pilar kokoh di rumah itu.
Dengan gugup A’raaf menyerahkan beberapa kepingan CD Film-film yang menurut teman-temannya bisa membuat seorang wanita menangis. “Film apaan tuch ihhh..”
“Untuk beberapa hari kedepan kamu tonton film-film ini Nasy.., untuk masalah belajar dan PRmu biar aku yang ajarkan dan kerjakan untukmu”. Dengan nada datar tanpa ekspresi A’raaf terlihat gugup di depan Nasyra.
“Ohhh, jadi Kakak harap aku bisa menangis dengan film-film ini, yakin kamu Kak..?..hhaaa”. tanggap Nasyra sedikit menertawakan A’raaf.
Sejak saat itu setiap hari A’raaf pergi ke rumah Nasyra untuk menanyakan bila Nasyra ada tugas ataupun PR, dan malam harinya A’raaf pun masih harus menjadi guru private Nasyra di rumah, berharap waktu luang Nasyra digunakan untuk nonton film saja.. A’raaf dan Nasyra pun merasa telah sejengkal lebih dekat. A’raaf yang biasanya merasa canggung dengan Nasyra kini mulai akrab memanahkan guyonannya yang tak pelak memecahkan suasana kaku dengan gelak tawa.
Tentang CD yang diberikan oleh A’raaf, Nasyra tak pernah menontonnya karena tak ada waktu baginya untuk hal itu, suatu hal yang belum diketahui A’raaf saat itu adalah bahwa orang tua Nasyra kini tinggal ibunya saja.., laki-laki yang biasa menyapa A’raaf di rumah Nasyra itu adalah pamannya yang sering mengayomi Nasyra dan kedua Adiknya, rumah itu pun bukan milik Nasyra tapi milik pamannya. Hal lain yang juga belum diketahui oleh A’raaf saat itu ialah bahwa setiap pulang sekolah Nasyra selalu menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Pamekasan untuk menemani dan merawat ibunya yang terbaring lemas terkena hepatitis C,, begitu pula setiap malam setelah A’raaf pulang dari rumah Nasyra.. setelah belajar dari A’raaf Nasyra masih harus mengajari kedua adik perempuannya yang masih SMP dan SD,, setelah itupun Nasyra kemudian bersama pamannya menuju rumah sakit kembali untuk menemani ibu tercinta yang telah memberikan hal terbaik baginya.., begitulah 24 jam dalam sehari yang harus dilalui oleh seorang Nasyra. Tak banyak orang mengetahui bahwa hatinya sedang rapuh saat ini, itulah kenapa Nasy tidak mau diajak bersenang-senang oleh temannya, jika dia bisa dia sangat ingin melimpahkan dan merelakan kesenangannya untuk sang ibu yang masih selalu keluhkan atas penyakit yang seakan enggan meninggalkan tubuhnya yang semakin kurus saja. Mungkin angin yang berhembus di sekitar RSUD telah mengenal Nasyra yang selalu menemani ibunya mencoba memberikan sedikit demi sedikit harapan bahkan untuk membuat sang ibu tersenyum saja.., Nasy menjadi wanita dewasa di usianya yang masih belia.
Waktu itu, siang hari A’raaf pergi ke rumah sakit meminta surat keterangan sehat untuk keperluan kuliah. Tiba-tiba A’raaf melihat Nasyra yang melintas di lorong dan menuju sebuah kamar dimana ibunya dirawat. A’raaf sontak memanggil dan menghampiri sebelum Nasyra masuk ke kamar itu.
“ada apa kamu disini, Kak..?”. Sahut Nasyra.
“ooo,,, Kakak ngurus surat keterangan sehat di sini,,., kamu sendiri..?. Jawab A’raaf
“Ibuku sakit, dirawat di sini” Sahut Nasyra singkat dan tersenyum.
“Hahhh,,,mmmmm,,,,..ibumu sakit..??, aku ikut masuk juga ya Nasy..”. A’raaf memohon. Sebenanya dia terkejut mendengar bahwa ibu Nasyra dirawat di rumah sakit, dia tidak sadar kalau selama 5 hari ini dia ke rumah Nasyra memang tak pernah menjumpai ibu Nasyra. Hanya seorang laki-laki yang menurutnya adalah ayah Nasyra.
“Sudah Kak ga usah, Biar Nasy sendiri saja”. Jawabnya.
“Sudah ga papa, Kakak kan juga ingin tau calon mertua kakak..hhee”. jawab A’raaf melucu yang hanya ditanggapi datar oleh Nasyra.
Akhirnya mereka berdua masuk ke dalam, terlihat ibu Nasyra masih tertidur lemas. Dalam bayang-bayang memorinya A’raaf merasa pernah bertemu dengan ibu Nasyra entah dimana wajah beliau begitu familiar baginya namun dia ragu menanyakan pada Nasyra. Beberapa saat kemudian, Nasyra keluar untuk  dan meminta A’raaf untuk menjaga ibunya yang masih tertidur.
Sambil menemani ibu Nasyra, A’raaf membenarkan posisi selimut yang dipakai ibu Nasyra, memberanikan diri membersihkan muka ibu Nasyra yang berkeringan dengan tisyu, membersihkan kulit buah dan beberapa bungkus makanan yang ada di atas meja, A’raaf juga membuka jendela kamar itu yang terasa agak pengap sejak tadi untuk memberikan ventilasi. A’raaf memang cukup mengerti banyak tentang kesehatan karena dia adalah Mahasiswa kedokteran di UNDIP.
Beberapa saat kemudian ibu Nasyra terbangun dan memanggil anaknya, karena Nasyra belum datang A’raaf pun menghampiri dan berdiri di samping ibu Nasyra.
 “Looohhh, kok kamu ada disini Nak..., mana Nasyra?”. Dengan lemas beliau mengucapkannya.
“Nasyra masih keluar bu,, apa ibu mengenal saya..?”. A’raaf terheran dengan ucapan ibu Nasy barusan, sambil memberikan segelas air putih padanya.
“Lohhh, kamu kan mas Dokter itu yaa,, waktu itu kan kamu ketemu sama ibu di Bis..lupa ya...”. Ibu Nasy Tersenyum.
Akhirnya A’raaf ingat bahwa sekitar satu bulan yang lalu dia duduk berdempetan di atas bis dengan seorang perempuan dewasa, waktu itu A’raaf banyak bercerita pada ibu Nasy sambil diselingi dengan kekonyolan ucapan A’raaf yang tak ayal membuat ibu Nasy kala itu tertawa sampai-sampai beberapa penumpang lain menatap kearahnya. A’raaf pun mendapat panggilan Mas Dokter dari ibu Nasy setelah dia bercerita bahwa dia kuliah di fakultas kedokteran UNDIP. Kedekatan keduanya kala itu begitu hangat bagaikan seorang ibu dengan anaknya yang manja, memang kala itu ibu Nasyra mengatakan bahwa dia sangat menginginkan anak laki-laki karena ketiga anaknya perempuan. Perjalanan dari Surabaya ke Pamekasan kala itu mereka isi dengan cerita dan kelucuan yang membuat keduanya begitu dekat dan akrab.
Sementara itu sejak tadi Nasyra berada di balik pintu merasa heran memperhatikan kedekatan ibunya dengan A’raaf. Sedikit muncul rasa iri pada diri Nasyra melihat A’raaf yang mulai duduk di samping ranjang pasien, sementara ibunya menebarkan senyum bahkan melepaskan tawa sambil sesekali mengelus kepala dari A’raaf. Saat itu A’raaf memang sedang melucu di depan ibu Nasy. Begitu akrabnya mereka.
Melihat ibunya yang tersenyum lebar membuat hati Nasy dirundung bahagia karena selama ini ibunya seakan tidak terima dengan sakit yang dialaminya. Beliau selalu murung dan tak pernah ada senyum di wajahnya,, hingga Nasyra tanpa sadar meneteskan air mata harunya. Segera ia mengusap air matanya dan masuk ke dalam.
“Lohh..lohh ada drama komedi apa ini kok pada tersenyum”. Ucap Nasy pura-pura tak tau.
“Nasy.., kamu ketemu dimana sama mas Dokter..?”. tannggap ibu Nasy
“Oooo, Kak A’raaf..., tadi kebetulan ketemu di luar,,, dia juga jadi guru private Nasy selama seminggu, Bu.., iya kan Kak”. Sambil tersenyum ke arah A’raaf.
“Nahh..ini Nasy sudah datang ibu, saya pulang dulu kalo begitu,., mari Bu.., Nasy..Assalamu’alaikum”. pungkas A’raaf dan keluar setelah mencium tangan ibu Nasyra.
Setelah A’raaf pergi Nasyra melihat keceriaan yang baru saja dia lihat di raut ibunya hilang,, namun Nasyra selalu mencoba menghibur ibu yang sangat dia sayangi. Disela-sela percakapan mereka ibu Nasyra sesekali menanyakan tentang A’raaf, beliau pikir A’raaf adalah kekasih Nasyra atau seorang laki-laki yang sedang mendekatinya. Namun, Nasyra tidak mengatakan dengan jelas yang sebenarnya, kembali dia hanya katakan bahwa A’raaf hanya guru privatenya.
Hari pun berlalu, bak lebah pengngkut madu, kegiatan rutin menjaga dan merawat ibunya selalu menghiasi waktunya. Ada hal yang ingin dia hadiahkan pada Ibunya siang itu, yaa dua hasil ulangan yang begitu memuaskan hatinya. Nilai 98 dan 95 dia dapatkan,, nampaknya belajar private yang dia lakukan dengan A’raaf terasa sangat bermanfaat baginya. Nasyra merasa senang dengan pencapaian belajarnya kali ini.
Namun Nasyra harus terhenti di depan pintu ketika melihat ternyata A’raaf sudah berada di dalam bercanda dengan ibunya yang saat itu tertawa lepas mendengar lelucon dari A’raaf. Hati Nasyra menggumam dan dibalut kecemburuan karena ibunya yang lebih senang bila bersama A’raaf, Dia menangis karena merasa tak mampu memberikan perhatian sebagai seorang anak, dia merasa gagal menjadi seorang anak yang seharusnya mampu memberikan perhatian terbaik bagi ibunya, tak tertahankan air mata cemburu menetes melewati lesung pipinya. Akhirnya Nasyra masuk ke dalam dan memaksakan kedua bibirnya yang basah terpoles air mata tersenyum kearah ibunya dan A’raaf.
Nasyra mengajak A’raaf keluar sebentar untuk berbicara.
“Kenapa Kakak selalu kesini menemui ibu, perempuan yang terbaring disana itu ibuku, bukan ibu Kakak..biarkan aku yang memberikan perhatian dan yang akan merawat ibu.., kumohon kak jangan terlalu dekat dengan ibu karena hatiku cemburu melihat kemesraan kalian.., ibuku terlihat lebih suka bila dekat dengan kakak daripada Nasy putrinya sendiri..., kumohon padamu Kak”. Nasyra seakan mengemis pada A’raaf.
“Maafkan Aku Nasy, aku tak bermaksud membuat hatimu merasa cemburu., aku pun tak bermaksud mengganti mahkotanya, mahkota itu tetaplah dirimu Nasy.., aku hanya ingin melihat perempuan di sana yang tak lain adalah ibumu tersenyum dan tak merasa terbebani dengan sakit yang beliau derita.., tidakkah kamu lihat ibumu tersenyum tadi.., bukankah seharusnya kamu senang karena senyumnya beliau terlihat bercahaya yang seakan tidak merasakan sakit sekali pun.,, kamu tidak boleh egois seperti itu Nasy.., yang sekarang menderita adalah ibumu, bukan perasaanmu yang tak jelas itu.., aku pun tak akan berlebihan seperti ini seandainya ibumu sudah sehat dan tak perlu memikirkan penyakitnya.., mengertilah keadaan ibumu.., beliau butuh hiburan dan nampaknya seperti yang kamu lihat aku tahu bagaimana menghibur beliau., aku takkan merampas kebahagiaanmu Nasy”. Terang A’raaf panjang lebar sembari memegang kepala Nasy dengan kedua tangannya mencoba meyakinkan dan menyadarkan Nasy..
“Aku anaknya Kak, akupun mengerti dan tahu betul bagaimana membahagiakan ibuku, sebaiknya Kakak hibur saja ibu kakak sendiri di rumah”. Nasyra justru kesal dengan penjelasan A’raaf dan melepas kedua tangan A’raaf di samping kepalanya.
“Aku sungguh tak mengerti dengan apa yang kau pikirkan Nasy, terimakasih telah mengingatkanku akan ibuku.., Aku sangat sangat menyesal karena aku tak mampu mendampingi ibuku saat itu karena kuliah yang tak bisa aku tinggalkan,, saat itulah sebenarnya ibu membutuhkanku sebagai penghibur ketika ibu terbaring sakit dan akhirnya aku tak mampu berada di sampingnya hingga beliau wafat., menurut dokter ibuku terlalu memikirkan penyakitnya sehingga perkembangan kesehatannya put sangat sulit dan akhirnya beliau wafat..., melihat ibumu aku seperti berhadapan dengan roman Almarhum ibuku,, ingin sekali aku membuatnya tersenyum lepas seperti ibumu, tidak merasakan rumah sakit ini sebagai penjara.., namun maaf bila itu menurutmu salah.., Baiklah kalau begitu aku akan pulang sekarang, jaga beliau baik-baik, buat beliau tersenyum, beliau suka lelucon Nasy...., aku titip salam saja pada ibumu semoga beliau lekas sembuh, Assalamualaikum”.
Mata A’raaf berkaca-kaca menahan air mata yang seakan ingin segera jatuh. Begitu pula Nasyra yang membendung air matanya dengan menghadap ke langit-langit. Mendengar ucapan A’raaf barusan membuat Nasy terhanyut.., dia melihat A’raaf sebagai seorang anak yang sangat ingin menuntaskan baktinya pada orangtua., kembali Nasy iri dengan sifat A’raaf...
A’raaf telah pergi pulang, tiba-tiba saja pikiran Nasy membandingkan keadaan A’raaf dengan dirinya. Nasy teringat akan ibunya dan saat itu pula dia menangis sesenggukan bersimpuh di tepian pintu, menyalahkan egonya yang telah merebut kasih sayang sejati terhadap ibunya.
Seperti yang telah diucapkan Nasy, A’raaf tak lagi mengunjungi ibu Nasy..., Ibu Maria (Ibu Nasy) pun bertanya-tanya pada anaknya.
“Mana Mas dokter, kok ga ke sini lagi padahal kemaren dia bilang mau ke sini..?”
“Maaf ibu, Aku yang memarahi dan memintanya untuk tak menjenguk ibu”. Dengan sedih Nasy mengatakan sambil mencium kedua tangan ibunya.
“Kenapa kau lakukan itu pada mas dokter, apa ada yang salah pada dirinya..?”
Asma pun menjelaskan bagaimana dia bisa marah dan meminta A’raaf tak lagi mengunjungi ibunya,, dengan raut roman penuh penyesalan Nasy mengatakan pada ibunya, dia mulai menangis. Ibu Maria pun sedikit kecewa dengan yang dilakukan putrinya namun beliau memaklumi karena sebenarnya Nasy sangat menyayangi ibunya..,, hanya saja dia cemburu dan kurang mengerti bagaimana menampakkan rasa sayangnya itu.., dalam hati ibu Nasy pun menyalahkan dirinya yang kurang memperhatikan mahkota hatinya itu, Nasyra. Kali ini Nasyra kembali menangis di samping ibunya.. kata maaf terucap darinya..
“Sebenarnya apa hubungan kalian, ibu yakin dia bukan guru privatmu karena dia harus kembali kuliah kan..?”. tiba-tiba ibu Maria bertanya.
Kali ini Nasyra dengan jujur mengatakan pada ibunya bahwa sebenarnya A’raaf ingin punya hubungan serius dengan Nasyra dan semua tentang itu Nasyra ceritakan pada ibu Maria dengan penuh rasa kekhawatiran karena biasanya ibu Maria tidak suka bila Nasy dekat dengan seorang lelaki, oleh karena itu selama ini Nasyra tak pernah bercerita secara jujur perihal A’raaf. Namun diluar dugaan kali ini ibu Nasy tersenyum mendengar cerita Nasy tentang A’raaf bahkan menyuruh Nasy untuk menerima niat baik mas dokter itu.
“Kenapa kau tidak katakan hal baik ini dari dulu Nak, tak ada yang ibu ragukan dari sesosok laki-laki itu, A’raaf tak akan pernah membiarkanmu sakit dan bersedih, tak mungkin dia menelantarkan kamu dan anak-anakmu kelak, ibaratkan kau permata dia tak akan membiarkanmu begitu saja A’raaf akan selalu mengusapmu agar terlihat indah, kamu sudah tahu sendiri kan bagimana perhatiannya kepada ibu sampai-sampai mungkin dia telah melupakan niat utamanya terhadapmu.., terimalah dia selagi kamu dalam keberuntungan ini Nak”
Malam harinya Nasy menunggu A’raaf di rumahnya untuk mengatakan bahwa ia bersedia menerima niat baik A’raaf, namun A’raaf tak juga tampak dari kedua matanya hinnga Nasy putuskan untuk segera menemani ibunya di rumah sakit. Nasy bercerita bahwa A’raaf tidak datang dan atas usul ibunya dia menghubungi A’raaf via telpon.
“Assalamu’alaikum, Kak A’raaf, kenapa kakak tidak datang ke rumah..,, tadi aku menunggu kakak..”
“Seperti yang telah kita sepakati, hal itu hanya berlangsung selama tujuh hari saja.., sementara sekarang sudah hari ke delapan dan saya tidak berhasil memenuhi apa yang Adik pinta.., oia saya lupa mengabarkan bahwa sebentar lagi saya harus balik ke semarang.., bagaimana kabar ibu..?”
“Kakak sudah mau balik..?, Ibu sedang tersenyum saat ini Kak,.., Kak sebenarnya tadi saya ingin mengatakan bahwa saya akan menerima niat baik kakak untuk membangun hubungan serius denganku.., CD yang kakak berikan padaku tak pernah kutonton, tapi asal kakak tahu bahwa saat kakak saya minta pulang dari rumah sakit setelah saat itu pula airmata ini tak terbendung lagi.., kuakui aku menangis kak.., tanpa aku sadari Kakak telah mengajarkan banyak hal bagiku melebihi apa yang aku duga.., dengan restu dari ibuku pula aku terima niat baik kakak..”
“Jadi kamu telah mengatakan pada ibu.., baiklah terimakasih bila kamu bersedia menerima niat baikku.., aku ingin hubungan ini benar-benar bisa ke arah yang kita inginkan yaitu pernikahan, tapi apakah kamu mau bila setelah lulus nanti langsung aku lamar dan akan berlanjut pada sakralnya pernikahan,.., aku tahu sekarang kamu masih 18 tahun aku tidak akan terlalu memaksakan niat baikku ini.., semua terserah kamu Nasy”. Tanggap A’raaf
Nasyra yang kala itu menahan air mata menoleh ke arah ibunya yang juga mendengarkan ucapan A’raaf, dengan senyum dan anggukannya seolah beliau mengisyaratkan setuju dengan ucapan A’raaf,, seketika pula air mata perlahan mengalir menuruni pipinya. Sementara A’raaf sejak tadi memanggil-manggil nama Nasy yang tak kunjung menjawab.
“Maaf Kak barusan Nasy masih harus minta persetujuan ibu Nasy dulu, dengan mengharap ridho Allah dan restu dari ibu Nasy terinma niat baik kakak.., untuk itu mulai saat ini Nasy akan menjaga hati Nasy menunggu sampai saat yang kakak janjikan meskipun Nasy tak harus melihat kakak.., tapi Kakak juga harus terima bila tak harus bertemu dengan Nasy..., aku harap kakak bisa menjaga hati untuk Nasy pula”.
Begitulah awal dari komitmen mereka untuk saling menjaga hati., dua tahun lamanya mereka saling menjaga hati, selama dua tahun tersebut hanya 4 kali mereka bertemu bila A’raaf pulang kampung ke pamekasan saat libur kuliah.
Waktu pun berlalu panas mentari dan lembabnya hujan secara bergantian telah membasahi tiap petakan bumi ini.., tepat tiga tahun yang lalu akhirnya mereka melangsungkan akad nikah di masjid Agung Assyuhada’, Pamekasan. tak ada yang brlebihan dari pernikahan mereka semua berlangsung sederhana namun begitu hikmat terasa.. A’raaf yang masih berusia 24 tahun pun resmi menjadi suami sah dari Nasyra yang masih berusia 4 tahun lebih muda darinya. Menikah muda yang sebenarnya merupakan impian dari Nasyra pun terijab qabul.., dia pun resmi menjadi wanita nomor wahid bagi A’raaf. Selang beberapa bulan dari pernikahannya A’raaf pun diangkat menjadi dokter muda.., dengan usia yang relatif masih muda keduanya kini siap mendayung bahtera yang mereka ciptakan menuju sebuah pulau kebahagiaan bersama.
Demikian ceritanya kawannn.,,. what a romance yaa..., sekedar informasi saja bahwa wanita dengan nama samaran Nasyra di atas saat ini adalah seorang wanita yang selalu menghadirkan zam-zam di sela dahaga yang kurasakan, menjadi bekal terlezat bagi sang musyafir, dan juga sebagai peta terlengkap dalam kebingunganku..., dialah istriku.., wanita yang selalu berusaha menjadi solehah dan menanamkan kasih sayang bagi dua anakku RAYA dan Nesya..., terimakasih kawan telah membaca..., jadi tak perlu saya jelaskan lagi lelaki dengan nama A’raaf di atas kan.., terimakasih kawan... *salam tenagaHATI

#Cerita ini aku persembahkan untuk istriku ASMAUL HUSNA (Lagi-lagi nama disamarkan kawan), Duhai ISTRIKU yang tiada pernah aku sebagai adam membandingkanmu dengan hawa yang lainnya, Aku sangat menyayangimu sejak engkau masih sebagai pucuk, lalu engkau pun menambah rasa sayang ini dengan menjadi kuncup yang segar di mata butaku ini, hingga akhirnya kupetik dirimu dari taman firdausi dan kau pun rela bersamaku memekarkan dan memamerkan kelopakmu hanya padaku seorang serta mewangikan setiap keputusan dan jalan yang aku, kamu, dan putra-putri kita arungi.., terimakasih ISTRIKU, You’ll always belong to me...

0 komentar:

Posting Komentar