Ketika detik berikutnya akan menjadi lara, ketika menit selanjutnya hanya menambah duka, dan ketika terbayang satu jam selanjutnya akan terpampang bencana, maka bukanlah sebuah kepasrahan melainkan ketakutan baginya untuk sekedar memimpikan hari esok.
Hidupnya seolah memikul godam sejak usianya masih 5 tahun, bukanlah sebuah penyakit ganas yang menyerang tubuhnya, namun lebih dari itu dia kehilangan kebebasan hati dan pikirannya untuk melangkah jauh sesuai inginnya. Tami bagaikan kereta yang mau tidak mau harus berjalan sesuai alur yang telah ditentukan. Adalah orangtuanya yang menentukan kemana arah rel yang harus dilalui gadis cantik ini. Saat dia tertarik dengan sebuah cahaya di jalur yang berbeda ia harus mampu menahannya, semua dilakukan untuk orang tuanya, lebih tepatnya karena rasa takut pada mereka.
Hidupnya seolah memikul godam sejak usianya masih 5 tahun, bukanlah sebuah penyakit ganas yang menyerang tubuhnya, namun lebih dari itu dia kehilangan kebebasan hati dan pikirannya untuk melangkah jauh sesuai inginnya. Tami bagaikan kereta yang mau tidak mau harus berjalan sesuai alur yang telah ditentukan. Adalah orangtuanya yang menentukan kemana arah rel yang harus dilalui gadis cantik ini. Saat dia tertarik dengan sebuah cahaya di jalur yang berbeda ia harus mampu menahannya, semua dilakukan untuk orang tuanya, lebih tepatnya karena rasa takut pada mereka.