Selasa, 06 Desember 2011 | By: Choliday_21

“Pertemuan Pertama”

“Pertemuan Pertama”
(Asma)

    “Untuk ketiga kalinya secara beruntun kampus kita memenangkan lomba nasional ini, dan dengan bangga atas prestasi tersebut marilah kita sambut juara nasional kita...., kepada Asma’ul Husna dimohon untuk naik ke atas mimbar”. Kemenangan lomba Nasional itu diumumkan di gedung utama fakultas Ekonomi.
    Asma membagi kesan-kesannya sebelum dan setelah 2 kali menjuarai lomba Nasional ini meneruskan prestasi kakak tingkatnya. Asma merasa terhormat berdiri di atas mimbar dengan menyandang prstasi tersebut. Acara tersebut dilanjutkan dengan terpilihnya kembali Asma sebagai mahasiswa terbaik fakultas Ekonomi.
    Masa perkuliahan telah berakhir, sebagian besar mahasiswa memutuskan untuk pulang ke kampung halaman mengisi libur yang cukup panjang bersama keluarganya. Begitu pula Asma, rasa rindu terhadap keluarganya di Madura akhir-akhir ini telah menggodanya untuk pulang.
Kepulangannya kali ini akan membawa hadiah spesial untuk keluarganya di Madura. Dengan kemenangan 2 lomba tingkat nasional di bidang ekonomi, dan terpilih sebagai mahasiswi terbaik Fakultas Ekonomi akan menjadi salah satu pengobat rindu bagi keluarganya, belum lagi hadiah lain yang dia beli dari hasil memenangkan beberapa lomba. Sebagai mahasiswi berprestasi Asma kini tak perlu meminta kiriman uang dari orangtuanya, tentu saja banyak tawaran beasiswa mengalir untuknya.
“Inilah duniaku”. Pikirnya meng-iyakan kebenaran ucapan ayahnya saat meminta Asma memendam mimpinya di kedokteran dan memilih Ekonomi Syari’ah IPB.
Mahasiswi yang masih di tingkat 2 IPB ini menjadi salah satu buah bibir di kalangan kampus. Asma menjadi terkenal di kalangan dosen dan mahasiswa di sana apalagi setelah menjuarai 2 lomba tingkat nasional tersebut.   
    “Asma, elo kemana aja gue cari dari tadi ga ketemu-ketemu..??”. Seorang mahasiswa menghampiri Asma yang sedang duduk di samping gedung.


    “Ehh kamu Frans, dari tadi aku Cuma di sini kok,, emangnya ada apa kamu nyari aku..??”. tanggap Asma.
    “Nggak papa sih,, Oia selamat yaa atas kemenangannya,.,.wah udah 2 lomba Nasional elo libas Asma, belum lagi lomba-lomba yang lainnya..”. Mengagungkan Asma.
    “Hee..makasih yaa Frans,, eh bukannya kamu juga Juara nasional di ITB kemaren..??”. Sambung Asma.
    “Salah kamu Asma, aku hanya jadi runner up kalah sama anak ITB sana..”. Jelasnya datar.
    Frans Gagah Arizona, merupakan mahasiswa Ilmu Komputer IPB, mahasiswa asal kota Jakarta ini tidak kalah dengan Asma, Frans pun sering menjuarai lomba dan namanya cukup terkenal di kampus IPB. Frans dikenal sebagai mahasiswa yang pandai dan juga sebagai mahasiswa yang gaul, dari penampilannya Frans memang mahasiswa yang keren dan modis, maklum dia adalah anak seorang yang cukup penting di Jakarta sehingga dia menjadi idola diantara mahasiswi-mahasiswi di sana.
    Percakapan Frans dan Asma masih berlanjut. Mereka membicarakan banyak hal mulai dari aktivitas kuliah, kegiatan lomba-lomba, ekstra kulikuler, mereka juga membicarakan keluarga mereka, sampai akhirnya Frans mulai membicarakan hal yang tidak Asma duga.
    “Asma, nanti malem elo ada acara ga..?”. Tanya Frans.
    “Acara apa, ya ga ada lahh, kuliahnya kan udah selesai Frans, waktunya santai-santai hee”. Jawab Asma sambil tersenyum.
    “Kalo begitu kita nonton yukk..!” lanjut Frans.
    “Wahhh..., ide bagus tuhh buat ngilangin penat selama ini,,hhee., OK setuju tuhh..”. Lanjut Asma.
    “OK besok yaa jam 7.00 malem”. Jelas Frans.
    “OK, aku mau hubungi Irma sama Fara dulu, kamu juga ajak temen-temenmu dongg biar rame.., ini hiburan terakhirku sebelum lusa aku harus pulang ke Madura”
    Mendengar ucapan Asma yang terakhir itu Frans seakan tak berdaya, padahal dia ingin pergi nonton hanya berdua dengan Asma. Frans juga terkejud karena lusa Asma akan segera meninggalkan Bogor, dalam pikirnya inilah kesempatan baginya untuk mengatakan bahwa sebenarnyadia menyukai Asma.
    “Asma, maukah kamu menjadi pacarku..., aku tahu ini memang terkesan tiba-tiba namun bagiku tak perlu terlalu lama untuk mengenal orang sepertimu”. Tiar mengatakan secara tiba-tiba.
    “Jadi ceritanya kamu nembak aku nihh..,, wah gimana kata para fansmu ntarr, cewek-cewek di sini maksudya..hhee..”. Asma menanggapi ringan dengan candanya.
    “Aku dengar kamu memang tidak pernah pacaran, tapi kamu bukan wanita yang tak mau punya hubunan spesial dengan laki-laki kan..??, masalah teman-temanku di sini kamu abaikan saja mereka Asma..”. Serius.
    “itu benar sekali, tak pernah sedikit pun aku menutup hati untuk para lawan jenisku., namun aku juga wanita punya privasi pribadi mengenai laki-laki seperti apa yang aku suka...,, biarlah aku bawa kata-katamu, nanti aku jawab setelah aku kembali dari Madura,, itupun kalau kamu mau bersabar..hheee..., Oia..., kenapa kamu suka sama aku Frans, kan fansmu di sini banyak tuhh..?”. sambil tersenyum ringan.
    “Baik, aku akan menunggu sampai kamu kembali,,.,, mengenai pertanyaanmu...,, apa menurutmu ada diantara lelaki di sini yang tidak menyukaimu..?..,, mereka hanya merasa kecil untuk mendekatimu,, lihat saja dirimu...,, kamu pandai, kamu wanita yang aktif di kampus, wanita yang cheerful, kamu sangat cantik, rambutmu aku suka, dan kamu juga terlihat seksi Ma..,, apa semua itu tak cukup membuat para lelaki tergoda padamu Asma..??”. dengan antusias Frans menyampaikannya.
    Asma membalas penjelasan panjang lebar dari Frans dengan tersenyum saja. Percakapan mereka berakhir dan Asma harus kembali ke tempat kosnya.
    Dalam perjalanan menuju kos, Asma memikirkan sesuatu, Ia sebenarnya terkejut dengan alasan Frans menyukainya, ternyata sebagian besar dari mereka lebih memperhatikan fisik saja daripada kepribadiannya. Asma pun mulai bertanya-tanya “Kenapa mereka memperhatikanku hanya dari fisik saja, hanya dari apa yang mereka lihat, bukan seperti ini seorang lelaki yang aku idamkan, apa aku tidak cukup pantas untuk mendambakan seorang lelaki penuh kharisma yang memiliki jiwa melindungi wanita, memperhatikanku bukan hanya dari fisik dan kepandaianku saja seolah mereka tidak menyukaiku, memberitahuku hal-hal yang tidak aku keahui tentang kehidupan ini.., kenapa selama ini laki-laki yang mendekatiku lebih memperhatikanku dari fisik saja..,, apa ada yang salah dengan diriku.., aku ingin segera bertemu dengan seorang laki-laki yang aku idamkan itu..” Pikirannya meracau.
    Malam harinya Asma bersama Irma dan fara serta beberapa teman lainnya menonton film di bioskop, malam itu cukup memberinya hiburan sebelum pulang ke Madura.
    Waktu pulang telah tiba, Asma pulang dengan naik bis dari Terminal kota bogor sampai ke Terminal kota Surabaya. Perjalanan selama 18 jam yang cukup melelahkan sehingga sesampainya di terminal Bungurasih surabaya dia tidak langsung menuju tempat bis diparkir, namun Asma masih beristirahat di kursi tunggu.
    Beberapa saat saja dia duduk di kursi tersebut terlihat seorang laki-laki yang sedang kebingungan karena kehilangan barangnya. Lak-laki itu melaporkan pada petugas keamanan namun sepertinya tak ada barang yang tersisa. Semua telah hilang. Dengan wajah pasrah laki-laki itu kembali ke tempat duduknya tepat dua kursi di samping Asma.
“Maaf mas, bagaimana barang-barangnya..?”. Tanya Asma.
Asma merasa bingung melihat raut laki-laki itu yang hanya memandangi Asma tanpa selontar kata pun menjawab. Akhirnya Asma mengulangi pertanyaannya.
“Maaf mas, bagaimana barang-barangnya..?”
    “Ohh, maafkan saya karena tidak konsentrasi dengan pertanyaan mbak.., barang-barangnya sepertinya telah hilang. Padahal ada benda yang sangat berharga di dalamnya, tapi sudahlah ini mungkin sudah nasib saya. Saya ikhlas” terang Tiar
    “Sudah ikhlas kok masih murung begitu, kalo ikhlas mah tidak usah dipikirkan lagi mas”. Tanggap Asma tersenyum, mencoba menghibur.
    Dalam lanjutan percakapan mereka akhirnya laki-laki itu dengan terpaksa harus meminjam uang dari Asma karena tidak memiliki uang yang cukup untuk pulang ke Pamekasan. Namun, yang menjadi aneh bagi Asma setiap kali laki-laki itu berbicara pada Asma dia selalu membuang mukanya, seakan merasa malu melihat wajah Asma yang rupawan.
    “Ada apa dengan laki-laki ini, kenapa dia tak pernah memandangi aku.., ada apa dengannya..” Pikirnya penasaran dengan laki-laki itu.
Berbeda dengan teman-teman Asma lainnya yang begitu menikmati kecantikan Asma bila berbicara dengannya. Asma pun kini mulai membandingkan laki-laki ini dengan Frans yang beberapa hari yang lalu menyatakan suka pada Asma. Asma menilai terdapat banyak perbedaan diantara dua lelaki itu.
“Kenapa aku merasa nyaman dengan laki-laki ini, padahal dia belum aku kenal sedikitpun”. Pikirnya gusar.
    “Mari mbak, langsung saja kita menuju bisnya, khawatir nanti tidak kebagian tempat duduk mbak”. Ajak lelaki itu.
    Akhirnya mereka berjalan menuju tempat bis jurusan Madura diparkir. Laki-laki itu membiarkan Asma berjalan di depannya. Dan benar saja, tak ada satupun tempat duduk yang tersisa. Akhirnya Asma dan laki-laki itu harus berdiri berjejer bersama beberapa penumpang lainnya.
    “Maaf Mbak, sebaiknya mbak di sini saja biar tidak merasa risih”. Laki-laki itu menawarkan Asma untuk bertukar posisi dengannya dan berdiri di deretan paling belakang. Karena kebetulan Asma merupakan satu-satunya penumpang wanita yang berdiri. Akhirnya Asma mengiyakan tawaran lelaki tersebut. Kini Asma berada di deretan paling belakang dengan begitu Asma tak perlu merasa risih karena berada diantara laki-laki.
    Karena berada di deratan paling belakan Asma dapat mengetahui sedikit identitas lelaki tersebut. Di bagian belakang jaket yang lelaki tersebut pakai tertulis “AKUNTANSI-UNIVERSITAS NEGERI SURAKARTA”
    Asma ingin kembali melihat laki-laki itu, kini pikirannya yang mulai risih karena tak sekalipun lelaki itu menoleh ke arah Asma, pandangannya terus ke arah depan, kini Asma merasa diabaikan. Beberapa saat kemudian seorang penumpang di samping laki-laki itu turun, tampak laki-laki itu kebingungan dan berkali-kali menoleh ke arah Asma. Namun akhirnya laki-laki itu mempersiakan seorang yang sudah seouh yang berdiri di depannya untuk duduk di kursi yang kosong tersebut. Laki-laki itu menoleh ke arah Asma dan hanya melemparkan senyum..,, tak seperti biasanya seorang Asma menjadi sungkan untuk tersenyum terhadap laki-laki itu..
    “Pria ini benar-benar berbeda, kenapa pria ini tidak mempersilakan aku duduk dikursi itu, apakah dia tak merasa hutang budi,.,. apa yang dikatakan Frans beberapa waktu lalu ternyata tidak benar,.,, ternyata ada pria yang tak menyukai Asmaul Husna bahkan entah kenapa akulah yang merasa nyaman bersamanya meskipun dia begitu dingin terhadapku..,, ada apa denganku..”. Pikirannya meracau.
    Beberapa saat kemudian lagi-lagi seorang penumpang disamping laki-laki itu turun dari bis. Seakan tanpa pikir panjang lagi laki-laki itu menoleh pada Asma dan mempersilakan Asma duduk di kursi kosong tersebut.
    “Hemmhhh.,., aku pikir pria ini akan duduk di kursi itu tanpa memikirkanku,,, ehh ternyata tidak,.., dia masih memikirkanku..”. Pikirnya meracau kembali sambil tersenyum.
    Akhirnya laki-laki itu duduk di kursi tepat di belakang pak supir. Selang waktu satu jam bis telah sampai di terminal Pamekasan. laki-laki itu menghampiri Asma dan meminta alamat Asma di Su,emep agar dia bisa mengantarkan uang yang dia pinjam pada Asma. Asma menjadi gugup dan sungkan untuk bicara, namun dia berusaha berkata seceria mungkin..,.
“Ohh sudah sampe ya mas.., masalah uangnya tidak usah mas pikirkan. Mas tidak perlu pergi jauh-jauh ke sumenep..”
“Hutang tetaplah hutang mbak, yang wajib dipenuhi”. Tanggap Laki-laki itu serius.
“Bagaimana kalau itu tidak saya anggap hutang,.,?, Kalau mas ingin melunasinya biarlah kalau kita suatu saat dipertemukan lagi oleh-Nya. Dan kalau tidak, itu saya anggap sebagai pemberian dari saya.., bagaimana,.?”. lanjut Asma tersenyum memandangi laki-laki itu.
“Baiklah kalau itu yang mbak mau, saya terima. Baiklah mbak sampai di sini dulu, saya harus turun, sepertinya bis akan segera brangkat,, sekali lagi terimakasih mbak., oia satu lagi, semoga kalau kita bertemu lagi mbak sudah memakai jilbab dan tak lagi mengenakan celana jeans itu.,,., selamatkanlah dirimu mbak,,. Assalamu’alaikum>”. Pungkas laki-laki itu dan langsung turun dar bis.
    Asma benar-benar merasa aneh dengan laki-laki itu. Dialah satu-satunya lelaki selama ini yang tak suka melihat Asma dengan pakaian seperti itu, padahal teman-teman di kampusnya tak ada yang keberatan dengan gaya pakaian Asma, bahkan mereka para lelaki lebih suka bila Asma memakai pakaian seperti itu. Asma mulai kepikiran dengan kata-kata lelaki itu. “Memangnya dia siapa nyuruh aku pakai kerudung segala..?”. Pikirnya menggumam. Namun, terjadi pertentangan dengan perasaannya yang memang sejak pertama tadi bertemu mulai menyukai sesosok lelaki itu. Pertentangan dalam diri Asma terus berlangsung sampai Asma tiba di rumah dan bertemu orangtuanya.
    Asma telah sampai di rumahnya dan mulai bercengkrama dengan sanak keluarga yang sudah menunggu di rumah. Malam hari, Asma menuju kamar tidurnya. Dia berbaring di atas kasur sambil membaca buku untuk mengantarkan ke alam tidurnya. Tiba-tiba hatinya membisikkan seorang laki-laki yang bersamanya di Bis. Kini perasaannya menjadi kacau, Dia merasa sangat rindu terhadap laki-laki itu, diapun tak tahu mengapa tiba-tiba rasa rindu ingin bertemu laki-laki itu. Tiba-tiba Asma teringat kata-kata lelaki itu mengenai penampilannya. Asma langsung saja menuju cermin termpatnya berias.
    “Aku Cantik, wajahku tidak sinis,.,, tapi kenapa laki-laki itu enggan melihat wajahku..??”. Pikirnya.
    Akhirnya Asma mengambil kerudung dan mencoba memakainya,dan memadukan bersama rok panjang. Asma melihat kearah cermin.
    “Wahh, aku terlihat seperti orang yang sangat alim.., ternyata pakai kerudung itu membuatku juga terlihat sejuk,..., dengan baju seperti ini juga aku terlihat begitu lembut anggun, aku pun seakan malu untuk menyapa diriku sendiri..,,, apa karena hal ini laki-laki itu menyuruhku memakai kerudung...”. Pikirnya.
    Sejak saat itulah Asma mulai punya keinginan untuk selalu mengenakan kerudung dan tak lagi memakai celana jeans entah karena fantasi pikirannya yang mulai menyukai laki-laki itu atau karena dia merasa perlu untuk melindng dirina dari pandangan liar para lelaki.
    Hari demi hari berlalu, di setiap dentuman detik waktu pikirannya masih selalu bercampur dengan bayangan laki-laki yang dia temui di atas Bis. Seakan seperti wangi udara yang dia hirup pikiran laki-laki itu tak mampu dia buang sampai saat itu, seperti ada tuntutan hati untuk mengazam pada lelaki itu. Asma pun telah kembali ke kampus IPB dengan penampilan baru.,.. dengan kerudung menutupi dada dan rok panjangnya.
    Hal yang pertama kali dia lakukan ialah menemui Franz untuk menuntaskan janjinya menjawab permintaan Franz untuk menjadi kekasihnya.
    “Maaf Franz, setelah saya pikirkan aku tak mungkin menerima permintaan darimu akan diriku untuk menjadi kekasihmu.,., keputusan ini aku pilih setelah aku berpikir matang menegenai alasan-alasan darimu menyukaiku...,, dan kini penampilanku telah berubah.,., dan berdasarkan alasan-alasanmu yang lalu tak mungkin lah dirimu menyukai Asma yang sekarang,, bukankah begitu..”. Terang Asma.
    “Iyaaa.,, benar..aku hanya menyukai kecantikan dan keseksianmu.., jaman sekarang mana ada wanita yang benar-benar Alim,, ujung-ujungnya minimal juga pasti pernah melakukan French kiss..,, makanya jangan sok Alim kamu Maaa..., kerudung hanya kedok sajaa..hemmhh..”. Tangkas Franz merasa kesal.
    Dengan wajah yang seakan menghina seorang Asma Franz ucapkan kata setajam pedang itu, dengan jari telunjuk yang diacungkan kearah asma bak terasa seperti anak panah yang menhgujam hati Asma. Asma seakan ditelanjangi oleh kata-kata itu, dia menangis dalam hati dan berkata..
    “Astaghfirullahaladzim, Franz”. Asma segera pergi dari hadapan laki-laki itu dengan mata berkaca-kaca.
    Asma jadi teringat dengan ucapan lelaki yang dia temui di terminal beberapa bulan lalu..,,
    “Selamatkan dirimu mbak..,”
    Itulah kalimat yang muncul dalam pikiran Asma mengingat ucapan lelaki itu. Asma mulai mengerti bahwa selama ini dia tidak dalam keadaan aman.., mungkin dia masih selamat dari sentuhan lelaki namun di luar itu masih ada hal lain yang mengintainya.,., yaitu pikiran laki-laki akan dirinya.,., dia menyadari bahwa pikiran laki-laki memiliki imajinasi yang tinggi yang bahkan pikiran mereka mampu menelanjangi seorang wanita dengan sekali pandang saja. Kini Asma semakin yakin untuk tidak lagi mengundang syahwat para kaum adam dengan berpakaian yang sopan..

0 komentar:

Posting Komentar