Senin, 22 April 2013 | By: Choliday_21

Corat-coret Kerja

Kerja. Bila saya melihat definisi dari kerja itu sendiri memang saya memahaminya dengan pengertian melakukan sesuatu atau pun memikirkan sesuatu yang pada puncaknya ada sebuah hasil sebagai akibat dari kerja itu sendiri, apa yang kita lakukan..? yang kita lakukan adalah sebuah “pekerjaan” yang bila kita definisikan lebih lanjut hal itu adalah “semua kata kerja”, membaca, membuang, menangis dll. Bila melihat dari definisi sederhana diatas “melakukan sesuatu”, itu artinya tidak ada satu pun seseorang di dunia ini yang tidak memiliki pekerjaan. Hal-hal yang sederhana, membaca, menulis, makan, minum, buang sampah, mengaji, dll. Hanya saja yang menjadi titik acuan publik bahwa bekerja itu melakukan sesuatu dan menghasilkan sesuatu serta hasil tersebut bisa diukur dengan materi/uang. Apakah mereka salah..?


Tentu saja kita tidak bisa menyalahkan manusia yang memang memiliki motivasi tersendiri dalam hidup mereka. Namun motivasi pada diri kita hendaknya mendapat asupan-asupan berupa kontrol diri, karena motivasi yang berlebihan yang tidak didampingi dengan kontrol diri sangatlah berdekatan dengan keserakahan, sementara keserakahan berada pada bibir ketidakadilan, ada hak dan kewajiban yang akan timpang nantinya. 

Terdapat sebuah kalimat sederhana “Kerja Adalah Ibadah”. Sudah terlalu sering kita mendengar kalimat itu dan sayangnya itu hanya menjadi bias saja, begitu pula bagi saya. Ada sebuah moment sekitar 1 tahun dimana saya mulai terinternalisasi nilai “Kerja adalah ibadah” itu. Suatu ketika di kantor begitu banyak kerjaan yang membosankan, pekerjaan sebagai tukang foto kopi, nulis nomor surat, pengarsipan, nyebarin surat, dan kegiatan yang membosankan lainnya yang terjadi berulang-ulang. Tentu saja saya merasa enneeekk dan sangat bosan (entah teman-teman saya sadam febriansyah dan frendy juga merasa atau tidak), kenapa saya merasa begitu bosan dan ennek..? adalah karena kemampuan saya ingin dihargai, karena saya merasa saya memiliki kemampuan jauh lebih dari sekedar tukang fotokopi, saya menginginkan pekerjaan yang lebih menggunakan pikiran. Lulusan STAN masak hanya jadi jongos fotokopi, kurir, dan tenaga serba-serbi..? 

Ketika saya dan teman-teman terlihat begitu bosan dengan kerjaan yang gitu-gitu saja dan terlihat lelah dengan pikiran sendiri, seorang Kepala Seksi di tempat saya berkata “Habis Kerja Keras ya Mas, Saya dulu ya sama seperti kalian kayak gitu, tapi kerjakan saja dengan ikhlas.., yakinlah bahwa itu tidak sia-sia meskipun Cuma fotokopi kayak gitu”. 

Sejak saat itulah saya menemukan titik balik bahwa ada sisi lain yang tidak saya pikirkan selama ini, bahwa setiap pekerjaan itu memiliki karakteristik dan manfaat tersendiri, mulailah muncul pemahaman “siapa saya” dan semua pasti ada masanya, dianalogikan pada kupu-kupu, ketika berwujud ulat mereka masih harus bekerja keras mencari pucuk daun untuk dimakan, setelah itu mereka berada dalam pembatas berupa kepompong, dan kemudian setelah itu mereka bisa bebas, indah dan dikagumi. Manusia pun begitu, merupakan sebuah anomali bila kita tiba-tiba langsng jadi bos, pimpinan atau apalah. 

Mulailah dari bawah, karena memulai suatu hal memang diharapkan bersifat progresif agar suatu saat nanti bila kita telah mencapai puncak kita bisa mengerti apa yang dirasakan oleh orang-orang yang sedang kita pimpin, mengerti tentang keluhan mereka sehingga kita bisa membuat sebuah keputusan sebijak mungkin bagi mereka. 

Kembali pada judul di atas “Kerja adalah Ibadah”.., sejauh ini menurut saya yang menjadi tombak dari kalimat itu adalah Ikhlas memberi dan ikhlas menerima. “Mas tolong ini di inikan..., tolong ini di itukan..” kalimat itu akan membuat kita bosan. Dulu saya mengorientasikan sebuah pekerjaan dengan materi (mengharapkan uang lelah), dan terlihat berbeda pada diri saya saat orang itu memberikan *uang lelah saya bekerja semakin joss tapi kalau tidak dikasi, kerja saya letoy dan “yang penting selesai, g dapet apa-apa juga” 

Pemupuk pelajaran tentang “Kerja itu Ibadah” saya dapatkan juga dari Ibu saya. Suatu pagi saya menghampiri Ibu yang sedang membersihkan rumput di sebelah rumah saya (yaitu pemakaman). Saat itu saya bertanya pada Ibu “Ngapain Buk terlalu ngotot bersih-bersihnya, toh banyak keluarga orang-orang itu (yang dalam kubur red) yang tak acuh dengan makam keluarganya..?”. ibu menjawab sambil tersenyum “Tidak apa-apa, dengan Bersih-bersih ini, sebenarnya Ibu tidak hanya membersihkan makam-makam ini, tapi juga membersihkan hati dan pikiran Ibu”. Seketika itu saya diam dan berpikir tentang maksud pernyataan Ibu.. Akhirnya saya menemukan sebuah nilai yaitu “Keikhlasan dan ketulusan” yang setelah saya jabarkan lebih lanjut di sini lah letak pencucian hati.., karena keikhlasan dan ketulusan yang akan menjadi katalisator pada hati kita untuk menghasilkan pikiran, norma dan etika yang bersih. 

Setiap hal yang kita kerjakan tidak berhenti nilainya di saat itu saja, sama dengan hukum kekekalan energi bahwa setiap hal yang kita kerjakan itu merupakan sebuah energi dan energi itu tidak dapat dihilangkan melainkan diubah dalam wujud energi lainnya. Ketika kita melakukan sesuatu entah itu berupa sebuah kebaikan ataupun hal yang buruk energi yang dihasilkan tidak akan musnah saat itu juga namun ada sebuah sistem yang saya percaya sebagai efek lanjutan dimana energi yang dulu pernah dianggap sirna akan muncul pada kita mungkin dalam wujud yang berbeda. 

Terkadang kita masih menoleh kanan-kiri dahulu untuk melakukan sebuah kebaikan, setidaknya berharap ada orang yang melihat kita saat sedang melakukan kebaikan itu. Kita sebenarnya butuh pengakuan dari orang lain bahwa kita itu baik, apalagi bila didepan seseorang yang kita nilai memiliki pengaruh dalam hidup kita, entah kenapa mungkin sudah menjadi kebutuhan psikologis kita. “Tuhan menggantung setiap pahala atas kebaikan kita di langit dan suatu saat nanti Dia akan turunkan kepada kita tanpa kita tahu dalam wujud apa berkah itu” 


Hee.., nih tulisan jadi sampe kemana-mana...heeee..., semoga memberi manfaat minimal buat saya sendiri..AMIN, have a nice writing..saya Fuad Cholidi Arifin...salam tenagaHATI

2 komentar:

Catatan Si AW mengatakan...

keren follow blog ku juga ya...

Choliday_21 mengatakan...

makasihh yaaaa.., :) Okeee.., folbek yaaa

Posting Komentar